Lebih banyak anak-anak yang terbunuh hanya dalam waktu tiga minggu di Gaza dibandingkan jumlah total konflik di seluruh dunia dalam tiga tahun terakhir, menurut badan amal global Save the Children.
Contohnya, kata lembaga tersebut, 2.985 anak-anak terbunuh di dua lusin zona perang sepanjang tahun lalu.
“Gaza telah menjadi kuburan bagi ribuan anak,” kata James Elder, juru bicara UNICEF, badan anak-anak PBB.
Menjadi Orangtua Adalah Kutukan di Gaza
Gambar dan rekaman anak-anak yang terguncang saat ditarik dari reruntuhan di Gaza atau menggeliat, mengerang kesakitan di brankar rumah sakit yang kotor telah menjadi hal biasa dan memicu protes di seluruh dunia.
Pemandangan dari serangan udara baru-baru ini termasuk seorang penyelamat yang menggendong balita yang lemas dengan tutu putih yang berlumuran darah, seorang ayah berkacamata yang menjerit sambil mendekap anaknya yang meninggal erat-erat di dadanya.
Pemandangan memilukan lainnya menunjukkan seorang anak laki-laki yang kebingungan berlumuran darah dan debu yang terhuyung-huyung sendirian melewati reruntuhan.
“Menjadi orang tua di Gaza adalah sebuah kutukan,” kata Ahmed Modawikh, seorang tukang kayu berusia 40 tahun dari Kota Gaza yang hidupnya hancur oleh kematian putrinya yang berusia 8 tahun selama lima hari pertempuran di bulan Mei.
Anak-anak Israel juga telah terbunuh. Selama serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan yang memicu perang, orang-orang bersenjata membunuh lebih dari 1.400 orang.
Di antara mereka adalah bayi dan anak-anak kecil lainnya, kata pejabat Israel, meski mereka belum memberikan angka pastinya.
Sekitar 30 anak-anak juga termasuk di antara sekitar 240 sandera yang disandera Hamas.
Ketika pesawat tempur Israel menggempur Gaza, anak-anak Palestina berkumpul dengan keluarga besar di apartemen atau tempat penampungan yang dikelola PBB.
Meskipun Israel telah mendesak warga Palestina untuk meninggalkan Gaza utara menuju jalur selatan, tidak ada satupun wilayah di wilayah tersebut yang terbukti aman dari serangan udaranya.
“Orang-orang lari dari kematian hanya untuk menemukan (jalan lain) kematian,” kata Yasmine Jouda, yang kehilangan 68 anggota keluarganya dalam serangan udara 22 Oktober 2023.
Serangan itu menghancurkan dua bangunan empat lantai di Deir Al-Balah, tempat mereka mencari perlindungan dari Gaza utara.