Saat itu, warga Palestina memiliki 94 persen wilayah bersejarah dan mencakup 67 persen populasinya.
Nakba 1948 atau pembersihan etnis Palestina
Baca juga: Indonesia Kirim 26,5 Ton Bantuan untuk Palestina Diantar Melalui Mesir
Sebelum mandat Inggris berakhir pada 14 Mei 1948, paramiliter Zionis sudah memulai operasi mereka untuk menghancurkan kota-kota dan desa-desa Palestina, guna memperluas perbatasan negara mereka yang akan lahir.
Pada April 1948, lebih dari 100 pria, wanita, dan anak-anak Palestina dibunuh di Desa Deir Yassin, di pinggiran Yerusalem.
Lalu, dalam kurun waktu 1947-1949, lebih dari 500 desa, serta kota kecil dan besar di Palestina, dihancurkan dalam apa yang oleh warga Palestina disebut sebagai Nakba atau "bencana" dalam bahasa Arab.
Diperkirakan 15.000 warga Palestina terbunuh, termasuk dalam puluhan pembantaian.
Gerakan Zionis kemudian menguasai 78 persen wilayah bersejarah Palestina.
Sisanya sebesar 22 persen, dibagi menjadi wilayah yang sekarang menjadi Tepi Barat yang diduduki dan Jalur Gaza yang terkepung.
Diperkirakan 750.000 warga Palestina dipaksa meninggalkan rumah mereka.
Saat ini, keturunan mereka hidup sebagai enam juta pengungsi di 58 kamp kumuh di seluruh Palestina, dan di negara-negara tetangga, seperti Lebanon, Suriah, Yordania, dan Mesir.
Di tanggal 15 Mei 1948, Israel mengumumkan berdirinya negara mereka.
Lalu, keesokan harinya, perang Arab-Israel pertama dimulai.
Perang berakhir pada Januari 1949, setelah gencatan senjata antara Israel dan Mesir dengan Lebanon, Yordania, dan Suriah.
Pada Desember 1948, Majelis Umum PBB mengeluarkan Resolusi 194, yang menyerukan hak untuk kembali bagi pengungsi Palestina.
Tahun-tahun setelah Nakba
Baca juga: Demontrasi Warga Turki Pro Palestina Serbu Pangkalan Militer Incirlik Jelang Kedatangan Menlu AS
Setidaknya 150.000 warga Palestina tetap tinggal di negara Israel yang baru dibentuk.