Katalog senjata yang dikirim ke Israel dilaporkan terdapat dalam dokumen Pentagon, bertajuk "Israel Senior Leader” tertanggal akhir Oktober.
"Beberapa senjata telah dikirim, sementara yang lain sedang dalam proses disediakan oleh Departemen Pertahanan AS dari persediaan yang berbasis di Amerika dan Eropa, tambah laporan itu.
Laporan tersebut juga menggarisbawahi kalau AS siap untuk menyetujui permintaan senjata Israel, jauh melampaui penyediaan rudal pencegat untuk sistem Iron Dome dan amunisi presisi yang diproduksi oleh Boeing Co. yang diumumkan sebelumnya kepada publik.
Dua baterai Iron Dome saat ini sedang dalam perjalanan ke Israel melalui pengangkutan laut.
Sebuah pencatatan mengungkapkan bahwa 36.000 butir amunisi meriam 30 mm, 1.800 amunisi penghancur bunker M141, dan hampir 3.500 perangkat penglihatan malam telah dikirim ke Israel pada akhir Oktober.
Penghitungan lainnya digambarkan, amunisi yang sudah dikirim ke Tel Aviv itu termasuk sekitar 2.000 rudal berpemandu laser Hellfire yang diproduksi oleh Lockheed Martin Corp.
Rudal ini ditujukan untuk helikopter tempur AH-64 Apache.
Sebanyak 36.000 butir amunisi 30 mm lainnya yang akan ditembakkan oleh meriam Apache juga ada dalam daftar senjata yang dikutip.
Sebanyak 312 pencegat rudal Tamir juga telah disumbangkan ke Israel oleh AS.
Bahkan Timses Joe Biden Pun Minta Gencatan Senjata
Ketika diminta untuk mengomentari laporan tersebut, juru bicara Pentagon mengatakan kalau mereka “memanfaatkan beberapa cara – mulai dari kepemilikan internal hingga saluran industri AS – untuk memastikan Israel memiliki sarana untuk mempertahankan diri.”
"Israel diberikan oleh AS dengan peluru artileri 155 mm, bom berdiameter kecil, amunisi berpemandu presisi, serta “pencegat Iron Dome dan peralatan pendukung medis,” kata juru bicara tersebut menambahkan
Sejak dimulainya operasi militer Israel untuk menargetkan Hamas sebagai pembalasan atas serangan kelompok militan tersebut pada tanggal 7 Oktober, Washington dengan gigih mendukung Tel Aviv.
Pemerintahan Biden memang melakukan upaya dalam diplomasi 'ulang-alik', namun tidak menunjukkan hasil apa pun, dibuktikan dengan makin menggunungnya tekanan internasional.
Ketika Pasukan Pertahanan Israel mengintensifkan operasi mereka di Gaza untuk melenyapkan Hamas, protes global meningkat atas meningkatnya jumlah korban jiwa warga sipil Palestina.