TRIBUNNEWS.COM - Direktur Rumah Sakit Al-Shifa, Dr Muhammad Abu Salmiya, menyampaikan informasi terkini dari dalam fasilitas medis yang terkepung di Gaza.
Rumah sakit tersebut merupakan kompleks medis terbesar di wilayah Palestina.
Rumah Sakit Al-Shifa digerebek oleh pasukan Israel pada Rabu (15/11/2023).
Kepada Al Jazeera Arab, Dr Muhammad Abu Salmiya mengatakan, anak-anak yang kelaparan menangis minta susu setelah makanan dan air habis.
Ia menyebut rumah sakit menjadi gelap gulita dan listrik padam.
Menurutnya, lebih dari 7.000 warga sipil di dalam rumah sakit sedang menunggu kematian mereka.
Baca juga: Netanyahu Akui Israel Gagal Minimalkan Korban Sipil di Gaza: Kami Tidak Berhasil
Kelaparan dan Penyakit Mengintai Gaza
Gaza menghadapi ancaman kelaparan dan penyakit setelah pengiriman bantuan terhenti karena kurangnya bahan bakar dan pemadaman komunikasi, Jumat (17/11/2023).
Pengiriman bantuan ke wilayah kantong tersebut telah ditangguhkan lagi karena Israel terus membatasi pasokan bahan bakar.
Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (WFP) mengatakan, warga sipil menghadapi kemungkinan kelaparan.
Dilansir Al Jazeera, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga memperingatkan penyakit ini menyebar dengan cepat.
Penghentian pengiriman bantuan kemanusiaan memperdalam penderitaan warga Palestina yang kelaparan dan kehilangan tempat tinggal seiring berlarutnya perang Israel.
Baca juga: Para Pengungsi di Gaza Mulai Terjangkit Penyakit, Tak Ada Air Bersih dan Penampungan Penuh Sesak
Meskipun Israel telah mengizinkan sejumlah bantuan untuk menyeberang ke Gaza melalui perbatasan Rafah yang menghubungkan daerah kantong tersebut dengan Mesir, Israel hampir tidak mengizinkan bahan bakar apa pun masuk.
Badan-badan bantuan mengatakan, hal ini menghambat distribusi pasokan.
Perusahaan telekomunikasi Palestina, Jawwal dan Paltel, mengatakan jaringan mereka tidak dapat digunakan setelah kehabisan bahan bakar, Kamis (16/11/2023).
Badan-badan bantuan menekankan, pemberian semua bantuan dan perawatan medis sangat bergantung pada pasokan bahan bakar.
Baca juga: IDF Rebut Pelabuhan Gaza dan Hancurkan Monumen Mavi Marmara, Klaim Digunakan Hamas
Terbaru, kabinet perang Israel pada Jumat sore sepakat bahwa mereka akan mengizinkan dua truk bahan bakar per hari masuk ke Gaza untuk kebutuhan PBB.
Bahan bakar tersebut dimaksudkan untuk memberikan dukungan minimal terhadap sistem air, saluran pembuangan dan sanitasi untuk mencegah pandemi, kata seorang pejabat.
Diketahui, konflik ini dipicu oleh serangan lintas batas oleh pejuang Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 warga Israel, sebagian besar warga sipil.
Lebih dari 11.500 warga Palestina, setidaknya 4.700 di antaranya adalah anak-anak, kini telah terbunuh dalam serangan militer balasan Israel di Gaza, menurut kementerian kesehatan wilayah tersebut.
Israel telah meratakan seluruh wilayah Gaza melalui serangan udara dan artileri.
Ratusan ribu orang terpaksa meninggalkan rumah mereka, dan situasi kemanusiaan sangat memprihatinkan.
Baca juga: Iran Peringatkan Cakupan Perang yang Luas Bakal Terjadi jika Israel Terus Serang Gaza
Kini, tentara Israel telah mengakhiri serangannya terhadap kompleks Rumah Sakit Ibnu Sina di Tepi Barat yang diduduki dekat kamp pengungsi Jenin.
Sebanyak 14 orang terluka dalam serangan itu.
Gaza mengalami pemadaman komunikasi karena kekurangan bahan bakar untuk generator.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Ashraf al-Qudra, mengatakan ribuan wanita, anak-anak, orang sakit dan terluka berada dalam bahaya kematian.
(Tribunnews.com/Nuryanti)