TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Israel kerap melakukan penyerangan terhadap rumah sakit di Gaza.
Terbaru, penyerangan dilakukan terhadap RS Indonesia di Beit Lahia, Gaza pada Senin (20/11/2023).
Akibat serangan tersebut, setidaknya ada 12 orang tewas.
Sejak perang Hamas-Israel pecah pada 7 Oktober 2023, setidaknya 35 RS di Gaza diserang oleh pasukan Israel.
Bahkan, akibat serangan tersebut, 21 rumah sakit kini dinyatakan tidak dapat beroperasi.
Lalu apa alasan Israel kerap menyerang rumah sakit di Gaza dalam perang dengan Hamas?
Baca juga: Menlu Retno Marsudi Tegaskan Serangan Israel ke RS Indonesia Langgar Hukum Humaniter Internasional
Anggota dari Dewan Timur Tengah yang berfokus pada urusan global, Omar Rahman menyebut betapa seringnya Israel menyerang RS di Gaza adalah wujud perang psikologis.
Dia menilai Israel ingin menunjukkan bahwa tidak ada tempat aman bagi warga Palestina.
"Serangan terhadap rumah sakit (oleh Israel) menunjukkan kepada masyarakat bahwa tidak ada tempat yang aman (bagi warga Palestina)," katanya dikutip dari Al-Jazeera.
Senada, pengamat senior Palestina dari International Crisis Group, Tahani Mustafa mengungkapkan serangan semacam itu oleh Israel demi membuat warga Palestina merasa tidak aman di setiap fasilitas yang ada di Gaza.
Selain itu, cara tersebut juga demi memadamkan segala bentuk perlawanan warga Palestina terhadap Israel.
"Ini adalah bagian dari pola serangan yang sudah berlangsung lama terahdap staf dan layanan medis, di mana Israel menunjukkan kepada warga Palestina bahwa tidak ada seorang pun dan tidak ada tempat yang aman," ujar Mustafa.
"Ini adalah upaya sistematis untuk mengintimidasi penduduk lokal dan melemahkan keinginan mereka (warga Palestina) untuk melawan (Israel)," sambungnya.
AS Restui Israel Serang RS di Gaza
Tak hanya itu, serangan Israel ke rumah sakit juga dinilai lantaran tindakan tersebut direstui oleh pemerintah Amerika Serikat (AS).
Hal ini disampaikan oleh Wakil Presiden Eksekutif Quincy Institute for Responsipble Statecraft, Trita Parsi.
"Satu-satunya pengawasan dan batasan yang penting (bagi Israel) adalah berasal dari perintah (Amerika Serikat)," katanya.
Parsi juga menilai Israel tidak akan pernah menggubris seluruh desakan dari negara-negara dunia terkait serangan ke Gaza atau khususnya ke fasilitas seperti rumah sakit.
Baca juga: Di Forum APEC 2023, Mendag Singgung Situasi di Gaza hingga Serukan Reformasi WTO
Dia menduga kuat Israel baru berhenti melakukan penyerangan ketika AS meminta untuk menghentikannya.
"Perhitungan Israel adalah bahwa kemarahan internasional tidak menjadi maslah selama Amerika Serikat memang menolak membatasi tindakan Israel," ujar Parsi.
Kendati demikian, Parsi menilai AS mungkin bakal mendesak sekutunya itu untuk mengurangi persentase serangannya.
Hal itu, sambungnya, lantaran citra AS yang memburuk di mata dunia buntut tidak adanya tekanan untuk menghentikan serangan Israel ke Gaza.
"Kedudukan dan kredibilitas AS di dunia anjlok akibat 'lampu hijau' bagi tindakan Israel semacam ini."
"Mungkin saja hal ini tidak akan berlanjut lebih lama lagi, karena kerugian yang ditimbulkan oleh hal ini (serangan Israel ke Gaza) terhadap AS tidak dapat ditoleransi," kata Parsi.
12 Orang Tewas, Menlu Kutuk Serangan Israel ke RS Indonesia
Pasca serangan Israel ke RS Indonesia di Gaza, Menteri Luar Negeri (Menlu), Retno Marsudi mengutuknya.
Retno mengatakan serangan semacam itu telah melanggar hukum kemanusiaan internasional.
"Serangan itu jelas merupakan pelanggaran terhadap hukum kemanusiaan internasional. Semua negara, terutama yang memiliki hubungan dekat dengan Israel, harus menggunakan seluruh pengaruh dan kemampuannya untuk mendesak Israel menghentikan kekejamannya," ujarnya dalam video yang diunggah di kanal YouTube Kementerian Luar Negeri Indonesia, Senin (20/11/2023).
Baca juga: Israel Bertubi-tubi Serang RS Indonesia di Gaza, 3 Relawan WNI Hilang
Pada kesempatan yang sama, Retno juga mengatakan pihaknya kehilangan kontak terhadap tiga warga negara Indonesia (WNI) yang merupakan relawan di RS Indonesia di Gaza tersebut.
"Hingga saat ini, Kementerian Luar Negeri masih hilang kontak dengan tiga orang WNI yang menjadi relawan di Rumah Sakit Indonesia," katanya.
Retno mengungkapkan pihaknya terus berupaya menghubungi berbagai pihak untuk mengetahui keberadaan tiga WNI tersebut.
Adapun pihak-pihak yang dimaksud seperti The United Nations Relief and Works Agency (UNRWA) hingga Palang Merah Internasional.
Retno juga menyebut sudah berkoordinasi dengan Mer-C Jakarta untuk membantu mengetahui keberadaan tiga WNI tersebut.
"Saya sendiri telah menghubungi UNRWA di Gaza, untuk menanyakan situasi RS Indonesia dan memperoleh jawaban bahwa UNRWA juga tidak dapat melakukan kontak dengan siapapun di RS Indonesia saat ini," ucap Retno.
"Koordinasi dengan Mer-C Jakarta juga terus kita lakukan. Dan mari kita doakan agar mereka selamat dan selalu diberi perlindungan Allah SWT," sambungnya.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)
Artikel lain terkait Konflik Palestina vs Israel