Hanya seperempat rumah sakit di wilayah tersebut yang masih berfungsi dan hanya 9 dari 22 pusat kesehatan UNRWA yang masih beroperasi.
Tetapi kapasitas bantuan UNRWA telah berkurang drastis di tengah blokade Israel, kata badan tersebut.
Baca juga: Fakta Tahanan Anak-anak di Israel: Kerap Alami Kekerasan hingga Diadili di Pengadilan Militer
Lebih dari 100 pekerja UNRWA juga telah terbunuh.
Pihak berwenang Israel telah mengizinkan masuknya bahan bakar ke wilayah tersebut yang menurut UNRWA hanya akan memenuhi sebagian kecil dari kebutuhan sehari-hari.
Sementara itu, limbah membanjiri sebagian wilayah Gaza karena tidak dapat dibuang.
Ditambah lagi akses terhadap air minum bersih telah terputus sepertiganya.
Ada juga kekurangan pangan yang parah, dan stok pangan berisiko habis dalam seminggu.
Krisis Air Bersih
Air merupakan kebutuhan yang sangat mendesak.
Menurut laporan organisasi amal Oxfam yang dirilis hari Jumat (17/11/2023), jumlah air yang tersedia bagi orang-orang yang terjebak di Gaza hanya 17 persen dari jumlah sebelum pengepungan.
Bahan bakar yang terbatas membuat pengolahan, pemompaan, dan distribusi air menjadi tidak mungkin dilakukan.
Semua air, bahan bakar dan makanan ke Gaza terputus akibat pengepungan yang dilakukan pemerintah Israel sejak 9 Oktober.
Baca juga: PM Israel Benjamin Netanyahu: Perang di Gaza Setop 4 Hari Saat Hamas Lepas 50 Sandera
Standar internasional untuk air per orang untuk memenuhi kebutuhan dasar adalah 15 liter sehari atau sekitar 4 galon.
Saat ini, Oxfam menemukan bahwa banyak orang di Gaza memiliki akses terhadap air kurang dari satu galon per hari per orang.
Sementara itu jumlah air yang disalurkan oleh truk bantuan ke Gaza melalui penyeberangan Rafah antara tanggal 21 Oktober dan 12 November setara dengan kurang dari setengah galon per orang per hari.