Aksi Houthi Yaman di Laut Merah Bikin Remuk Ekonomi Israel: Tel Aviv Sangat Tergantung Impor
TRIBUNNEWS.COM - Selama beberapa minggu terakhir, angkatan bersenjata Yaman dan kelompok Ansarallah Houthi telah melancarkan serangan terhadap kapal komersial terkait Israel di Laut Merah.
Serangan Houthi terhadap kapal-kapal yang berhubungan dengan Israel itu dilakukan saat pelayaran-pelayaran tersebut mencoba melintasi Selat Bab al-Mandab di selatan Terusan Suez.
Sebagai respons, sejumlah perusahaan pelayaran terbesar di dunia telah mengumumkan penghentian total aktivitas di jalur laut penting tersebut.
Baca juga: Israel Kasih Deadline ke AS untuk Tangani Ansarallah Houthi Yaman: Ancam Serang Langsung Sanaa
Tercatat ada lima perusahaan raksasa yang mundur dari Laut Merah untuk sementara.
Mereka adalah OOCL yang berbasis di Hong Kong, CMA CGM Perancis, Maersk Denmark, Hapag-Lloyd Jerman, dan Mediterranean Shipping Co milik Italia-Swiss.
Raksasa pelayaran Denmark, Maersk dan Hapag-Lloyd AG dari Jerman pada 15 Desember mengumumkan penghentian sementara operasi mereka di Laut Merah menyusul serentetan serangan terhadap kapal-kapal tujuan Israel di selat Bab al-Mandab oleh angkatan bersenjata Yaman.
“Serangan baru-baru ini terhadap kapal-kapal komersial di wilayah tersebut mengkhawatirkan dan menimbulkan ancaman signifikan terhadap keselamatan dan keamanan pelaut,” Maersk, salah satu perusahaan pelayaran terbesar di dunia, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat.
Tak lama setelah itu, Hapag-Lloyd – yang menguasai sekitar tujuh persen armada kapal kontainer global – mengumumkan akan “menghentikan semua lalu lintas kapal kontainer melalui Laut Merah hingga Senin. Kemudian kami akan memutuskan untuk periode setelahnya.”
Tergantung Impor, Ekonomi Israel Hancur
Keputusan tersebut memicu kekhawatiran di Israel atas laju perekonomian mereka.
Para analis memperkirakan negara yang bergantung pada impor ini akan mengalami penundaan yang signifikan dalam kedatangan barang.
Selain itu, Israel akan mengalmi kenaikan harga yang berkisar antara lima dan 10 persen untuk produk kelistrikan, kendaraan, dan bahan mentah, menurut ke Israel Hayom.
"Serangan Yaman yang terus berlanjut terhadap kapal-kapal yang terkait dengan Israel menimbulkan tantangan baru bagi perekonomian Israel, yang sudah terpukul setelah lebih dari dua bulan perang melawan perlawanan Palestina di Gaza dan Hizbullah di perbatasan Lebanon," tulis TC.
Menurut perkiraan yang dikeluarkan oleh Departemen Keuangan negara awal bulan ini, perekonomian diperkirakan akan menyusut setidaknya 15 persen tingkat tahunan pada kuartal keempat.
Sejak Sanaa memulai operasi angkatan lautnya di Selat Bab al-Mandab bulan lalu, kedatangan kargo di Pelabuhan Eilat Israel turun hingga 80 persen.
Pada saat yang sama, biaya asuransi kelautan untuk kapal-kapal yang terkait dengan Israel telah melonjak.
Serangan di Yaman juga memaksa perusahaan pelayaran Israel, Zim, untuk mengubah rute kapalnya menjauh dari Laut Merah, sehingga memaksa mereka untuk berlayar mengelilingi Tanduk Afrika – sebuah perubahan yang menambah waktu pelayaran selama dua minggu.
Selat Bab al-Mandab adalah saluran selebar 32 km antara Yaman di Jazirah Arab dan Djibouti dan Eritrea di pantai Afrika.
Sekitar 17.000 kapal menempuh rute ini setiap tahunnya, setara dengan 10 persen perdagangan global.
Baca juga: Satgas Laut AS Masih Rencana, Ansarallah Houthi Yaman Rudal 2 Kapal Komersial yang Mau ke Israel
AS Mau Bentuk Satgas Laut
Berbicara sebelum pengumuman Maersk dan Hapag-Lloyd pada hari Jumat, penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan menuduh Ansarallah “mengancam” kebebasan navigasi di Laut Merah.
“Amerika Serikat bekerja sama dengan komunitas internasional, dengan mitra dari kawasan ini dan seluruh dunia untuk menghadapi ancaman ini,” katanya.
Awal pekan ini, Washington mengumumkan rencana untuk membentuk “satuan tugas angkatan laut” dengan sekutu regional untuk melawan Yaman.
Gedung Putih dilaporkan juga mengirim pesan ke Ansarallah, mendesak mereka untuk menghentikan serangan.
Meskipun demikian, Sanaa menegaskan, hanya kapal-kapal yang memiliki hubungan dengan Israel yang melintasi Laut Merah yang akan dianggap sebagai “target militer yang sah.”
“Angkatan bersenjata Yaman meyakinkan semua kapal yang menuju ke semua pelabuhan di seluruh dunia kecuali pelabuhan Israel bahwa tidak akan ada bahaya yang menimpa mereka dan bahwa mereka harus tetap membuka alat identifikasi,” kata pejabat Yaman pada hari Jumat.
“Tindakan kami selama operasi baru-baru ini ditujukan untuk pencegahan, bukan menenggelamkan kapal. Tapi kita punya senjata yang bisa tenggelam. Jika Zionis tidak menanggapi seruan kami untuk menghentikan agresi terhadap Gaza, akan ada fase baru yang akan sulit bagi Zionis,” kata komandan Brigade Pertahanan Pantai Ansarallah, Mayor Jenderal Muhammad al-Qadri, kepada Al- Masirah TV pada hari Jumat.
(oln/TC)