Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, DUBAI – Pemimpin Houthi di Yaman memperingatkan Amerika Serikat akan menyerang kapal perangnya jika milisi yang didukung Iran menjadi sasaran Washington, yang minggu ini membentuk kekuatan multinasional untuk melawan serangan Houthi terhadap kapal komersial di Laut Merah.
Kelompok Houthi, yang menguasai sejumlah besar wilayah di Yaman sejak bulan lalu telah menembakkan pesawat tak berawak atau drone serang dan rudal ke kapal-kapal internasional yang berlayar melalui Laut Merah, serangan yang dikatakan sebagai respons terhadap agresi Israel di Jalur Gaza.
“Setiap orang Amerika yang menargetkan negara kami akan menjadi sasaran kami, dan kami akan menjadikan kapal perang, kepentingan, dan navigasi Amerika sebagai target rudal, drone, dan operasi militer kami,” ujar Abdel-Malek al-Houthi, pemimpin militer Houthi Yaman.
Baca juga: Serangan Houthi di Laut Merah Bikin Harga Mobil di Israel Melonjak, Pajak Naik, Dolar Menguat
“Kami tidak akan berpangku tangan jika Amerika tergoda untuk melakukan tindakan bodoh dengan menargetkan negara kami atau berperang melawan negara kami,” sambungnya.
Dia juga memperingatkan Amerika agar tidak mengirim tentara ke Yaman, dengan mengatakan mereka akan “menghadapi sesuatu yang lebih keras daripada apa yang mereka hadapi di Afghanistan dan apa yang mereka derita di Vietnam”.
“Selama Amerika ingin berperang langsung dengan kami, mereka harus tahu bahwa kami bukanlah pihak yang takut pada mereka, dan bahwa mereka menghadapi seluruh rakyat,” kata al-Houthi.
Krisis di Laut Merah
Ketegangan di Laut Merah muncul dari perang antara Israel dan kelompok militan Palestina yang berkuasa di Gaza, Hamas, konflik terbaru di Timur Tengah yang mengadu AS dan sekutunya melawan kekuatan regional Iran dan proksi milisi Arabnya.
Perang dimulai pada 7 Oktober 2023 ketika para pejuang Hamas menyerbu perbatasan Gaza ke Israel selatan, di mana pihak berwenang Israel mengatakan para militan tersebut membunuh sekitar 1.200 orang yang sebagian besar adalah warga sipil Israel dan orang asing.
Kemudian Israel melakukan serangan balasan dengan mengebom dan melakukan invasi ke Gaza yang menurut para pejabat Israel bertujuan untuk memusnahkan Hamas. Serangan yang dilakukan Israel tersebut telah menewaskan hampir 20.000 warga Palestina
Lantas Proksi Iran termasuk Houthi dan Hizbullah Lebanon ikut terlibat dalam konflik Israel-Hamas dengan menembakkan roket ke Israel sejak konflik dimulai.
Sementara itu, kelompok Houthi telah meningkatkan serangan mereka di Laut Merah, mengancam akan menargetkan semua kapal yang menuju ke Israel dan memperingatkan perusahaan pelayaran agar tidak berurusan dengan pelabuhan Israel.
Serangan tersebut telah mengganggu jalur perdagangan utama yang menghubungkan Eropa dan Amerika Utara dengan Asia melalui Terusan Suez dan menyebabkan biaya pengiriman peti kemas meningkat tajam karena perusahaan berupaya mengirimkan barang mereka melalui rute alternatif, yang seringkali lebih panjang.
Menanggapi serangan yang terus meningkat di Laut Merah, AS pun membentuk aliansi keamanan maritim yang dijuluki sebagai "Operasi Penjaga Kemakmuran".
Aliansi bersama ini terdiri dari beberapa negara, seperti Inggris, Bahrain, Kanada, Denmark, Prancis, Italia, Belanda, Norwegia, Seychelles, dan Spanyol.