TRIBUNNEWS.COM - Wakil pemimpin politik Hamas Saleh al-Arouri terbunuh dalam serangan pesawat tak berawak pada hari Selasa (2/1/2024).
Jauh sebelum kematiannya, pria berusia 57 tahun ini adalah salah satu orang paling dicari di Timur Tengah, yang memiliki hubungan dekat dengan Korps Garda Revolusi Iran dan Hizbullah, lapor Axios.
“Saya tidak takut atas ancaman mereka untuk membunuh saya," kata al-Arouri dalam wawancara di saluran televisi al-Aqsa milik Hamas pada Agustus lalu.
"Saya telah hidup lebih dari yang diharapkan."
"Saya merasa telah melewati usia yang seharusnya saya mati."
"Ketika saya mati syahid, saya akan menyambutnya."
Baca juga: Gembong Hamas Saleh al-Arouri Dibunuh Israel, Lebanon Ngamuk dan Buat Laporan Darurat ke PBB
Pemerintah Israel belum secara terbuka mengaku bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan al-Arouri, namun satu pejabat Israel dan dua pejabat AS mengonfirmasi bahwa Israel memang berada di balik serangan tersebut.
Ini yang perlu diketahui tentang Al-Arouri.
- Target Lama
Al-Arouri telah menjadi target Israel selama bertahun-tahun.
Israel sempat ragu-ragu untuk mencoba membunuhnya di Istanbul, Turki dan kemudian di Beirut, Lebanon agar tidak merusak hubungan dengan Turki dan menghindari provokasi Hizbullah untuk memulai perang, kata para pejabat Israel.
- Israel Lebih Nekat sejak 7 Oktober
Namun setelah Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober dan menewaskan sedikitnya 1.200 orang menurut pejabat Israel, Israel siap mengambil lebih banyak risiko.
Kepala badan intelijen Shin Bet Ronen Bar mengatakan pada bulan November, bahwa serangan 7 Oktober adalah “Munich kami”.