Perang Kuras Keuangan Israel, Netanyahu akan Tutup Beberapa Kantor Pemerintah, Ribuan Warga Nganggur
TRIBUNNEWS.COM- Ratusan ribu warga Israel menganggur seiring meningkatnya perang di Gaza dan perbatasan Lebanon.
Benjamin Netanyahu dilaporkan sedang mempertimbangkan penutupan beberapa kantor pemerintah Israel untuk membantu menutupi biaya perang.
Sekitar 260.000 warga Israel telah mengajukan tunjangan pengangguran sejak dimulainya perang, media Ibrani melaporkan pada 8 Januari. Lebih dari 7.200 orang Israel mengajukan tunjangan pengangguran pada minggu pertama bulan Januari saja, dan 3.389 di antaranya cuti tidak dibayar.
Permohonan tersebut datang meskipun Kementerian Keuangan Israel menyatakan tidak akan memperpanjang program tersebut pada bulan ini.
Perang Gaza-Israel berdampak buruk terhadap perekonomian Israel.
“Ada sekitar dua juta warga Israel yang hidup di bawah garis kemiskinan,” lapor media Hebrew Makan pada 29 Desember.
Baca juga: Pemboman yang Dilakukan oleh Israel di Gaza Telah Menewaskan Lebih dari 140 Pekerja PBB, Kata UNRWA
Baca juga: Israel Umumkan Empat Tentara IDF Tewas dan 4 Tentara Lainnya Terluka Parah dalam Pertempuran di Gaza
Baca juga: Cemas Israel Lenyap, AS Bujuk Iran Pakai Utusan Agar Jangan Kobarkan Perang Besar di Kawasan
Baca juga: Komandan Pasukan Elit Radwan Hizbullah Tewas dalam Serangan Israel di Lebanon
Poros Perlawanan telah memainkan peran penting dalam meningkatnya kerugian yang ditanggung Israel.
Karena serangan Yaman yang dilakukan terhadap kapal-kapal yang terkait atau menuju Israel, pendapatan dari pelabuhan Eilat Israel di wilayah selatan yang diduduki Israel anjlok hingga 80 persen, menurut laporan outlet berita Israel, Calcalist, bulan lalu.
Hizbullah Lebanon juga menimbulkan kerugian serupa di permukiman utara Israel.
Makan melaporkan pada hari Senin bahwa persentase penjualan di wilayah utara Israel telah turun sebesar 70 persen.
Hal ini disebabkan oleh ketakutan dan kecemasan yang sangat besar, kata outlet tersebut, serta fakta bahwa ratusan ribu pemukim Israel terpaksa meninggalkan rumah mereka di wilayah utara, yang mengakibatkan runtuhnya perdagangan di wilayah tersebut.
Ketua Dewan Regional Matah Asher di Galilea barat, Moshe Dowidowicz, mengatakan bahwa masyarakat di utara hidup dalam ketidakpastian dan sebagian besar dari mereka tidak memiliki sumber pendapatan.
Dowidowicz mengatakan bahwa Hizbullah menimbulkan bahaya terbesar di wilayah utara, dan menambahkan bahwa bahaya ini tidak terbatas pada situasi keamanan, namun meluas ke situasi psikologis dan ekonomi.
Pekan lalu, berita dari kanal berbahasa Ibrani Channel 12 mengatakan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sedang mempertimbangkan penutupan beberapa kantor pemerintah agar dana mereka dapat digunakan untuk menutupi biaya perang.
(Sumber: The Cradle)