Sebelum konflik laut Tengah memanas, Israel sempat berambisi Israel untuk menjadikan dirinya sebagai eksportir Gas Alam Cair (LNG) terbesar di pasar internasional.
Namun akibat serangan brutal di kawasan itu, Israel semakin kesulitan untuk mengirimkan pasokan gas LNG-nya.
Baca juga: Hari ke-166 Perang Israel-Hamas, Zionis Tangkap 300 Orang Selama Penyerbuan RS Al Shifa
Banyak pembeli LNG Israel yang beralih ke pasar lainnya yang jauh lebih aman.
“Serangan Houthi menyebabkan penundaan, karena kemacetan di pelabuhan ini membuat para pemasok asal Israel mengirimkan barangnya jauh lebih lama dari biasanya,” ujar Drewry World Container Index, yang melacak pelayaran di delapan rute utama antara AS, Eropa, dan Asia.
Inflasi Israel di Depan Mata
Serangkaian masalah ini yang menyebabkan Israel merugi hingga sepuluh setengah miliar shekel, atau sekitar 3 miliar dolar AS, memicu tekanan inflasi dalam jangka pendek hingga Bank Sentral Israel, terpaksa memangkas suku bunga acuan untuk pertama kalinya sejak 2020, dari awalnya 4,75 persen menjadi 4,5 persen.
Selain memicu krisis, perang juga membuat tingkat kemiskinan Israel melonjak tajam.
Menurut catatan tahunan yang dirilis perusahaan riset Alternative Poverty Report sebanyak 19,7 persen warga Israel kini kehilangan pendapatan imbas agresi perang.
Baca juga: Pasukan Hizbullah Tersebar di Perbatasan, Dua Pos Militer Israel Berjarak 25 Km Diberondong Rudal
"Tanpa melakukan penyesuaian anggaran yang diperlukan, hal ini dapat merugikan pertumbuhan ekonomi dan menyebabkan memburuknya rasio utang terhadap PDB."
"Selama beberapa tahun ke depan, akan berdampak negatif pada ekonomi Israel," kata pimpinan Bank Sentral Israel Amir Yaron .