News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Sempat Terpuruk karena Krisis, IMF Sebut Kondisi Perekonomian Sri Lanka Sudah Membaik

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Wahyu Gilang Putranto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Orang-orang berdiri dalam antrian untuk membeli minyak tanah untuk digunakan di rumah di sebuah pompa bensin di Kolombo pada 22 Maret 2022. - Sri Lanka memerintahkan pasukan ke pompa bensin pada 22 Maret ketika protes sporadis meletus di antara ribuan pengendara yang mengantri setiap hari untuk bahan bakar yang langka. - Dana Moneter Internasional (IMF) menyebut kondisi perekonomian Sri Lanka sekarang sudah membaik setelah terpuruk setelah dililit utang dua tahun lalu. (Photo by Ishara S. KODIKARA / AFP)

Pemerintah juga sedang melakukan pembicaraan dengan kreditor swasta.

Pada hari Rabu (20/3/2024), IMF mengatakan tim pejabatnya telah mencapai kesepakatan dengan pihak berwenang Sri Lanka mengenai peninjauan kedua reformasi ekonomi.

Setelah perjanjian tersebut disetujui oleh dewan eksekutif IMF, Sri Lanka akan memiliki akses terhadap bantuan tahap terbaru sebesar $337 juta, dengan total total bantuan sejauh ini sekitar $1 miliar.

Bank Dunia (World Bank) sepakat memberikan bantuan sebesar 700 juta dolar AS untuk Sri Lanka yang tengah dilanda krisis ekonomi.

Dari jumlah tersebut, sekitar 500 juta dolar AS akan dialokasikan untuk dukungan anggaran, sedangkan 200 juta dolar AS sisanya akan digunakan untuk dukungan kesejahteraan bagi mereka yang paling terpukul oleh krisis.

“Melalui pendekatan bertahap, strategi Kelompok Bank Dunia berfokus pada stabilisasi ekonomi awal, reformasi struktural, dan perlindungan masyarakat miskin dan rentan,” kata Faris Hadad-Zervos, Direktur Bank Dunia untuk Sri Lanka.

“Jika dipertahankan, reformasi ini dapat mengembalikan negara ke jalur menuju pembangunan yang hijau, tangguh, dan inklusif,” sambungnya.

Meskipun indikator perekonomian membaik dan kekurangan pangan terburuk telah berkurang, masyarakat Sri Lanka telah kehilangan daya beli karena pajak yang tinggi dan devaluasi mata uang.

Pengangguran masih tetap tinggi karena industri-industri yang sempat terpuruk pada puncak krisis belum kembali pulih.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini