Menurut informasi yang diterima Al-Akhbar, perwakilan Israel berdiskusi dengan Mesir beberapa skenario terkait operasi di Rafah.
Penyerbuan ke kota tersebut akan memakan waktu paling lama antara empat dan delapan minggu, untuk mencapai tujuan melenyapkan gerakan Hamas dan membebaskan semua sandera.
Pesan-pesan yang disampaikan kepada para pejabat Mesir dan Qatar termasuk pembicaraan tentang deportasi massal warga Palestina dari Rafah menuju jantung Gaza.
Hal ini akan didasarkan pada rute dan waktu tertentu, yang akan diumumkan kepada warga sipil di Rafah, menurut sumber tersebut.
Hal ini juga akan mencakup pemantauan udara dan darat untuk memastikan pejuang perlawanan tidak bergerak di sekitar tahanan.
Sumber-sumber Mesir menyebut rencana Israel sebagai “berbahaya” dan mengatakan bahwa hal itu akan menyebabkan eskalasi lebih lanjut.
Para pejabat AS telah secara terbuka memperingatkan Israel bahwa operasi di Rafah menimbulkan kekhawatiran serius dan bahwa mereka tidak akan membiarkan penyerbuan ke kota tersebut kecuali ada rencana untuk mengevakuasi lebih dari 1,2 juta warga Palestina yang terdampar dan terkepung di kota tersebut dengan ‘aman’.
Israel mengklaim Rafah Benteng terakhir Hamas
Wall Street Journal (WSJ) melaporkan pada hari Rabu bahwa AS sedang mencoba untuk “membentuk” operasi Rafah Israel, dan berupaya untuk menghasilkan “sebuah alternatif terhadap operasi militer skala penuh dan mungkin prematur.”
Awal bulan ini, POLITICO melaporkan, mengutip para pejabat AS, bahwa Washington akan menerima dan mendukung “operasi kontraterorisme” yang lebih terbatas daripada invasi skala penuh.
Israel mengancam akan melakukan invasi penuh ke Rafah paling lambat pada bulan Mei.
Washington dilaporkan 'membentuk' rencana Rafah Israel secara tertutup, tanpa ada upaya untuk menghentikan agresi tersebut
Ben Gvir Tuduh Biden Lebih Suka Hamas daripada Israel
Menteri Israel menuduh Biden lebih menyukai pemimpin Hamas daripada Israel.
Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel Itamar Ben-Gvir menuduh Presiden AS Joe Biden bersekutu dengan pemimpin Hamas Yahya Sinwar menyusul disahkannya resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata di Jalur Gaza.
"Saat ini, Biden lebih memilih garis (Perwakilan AS) Rashida Tlaib dan Sinwar daripada garis (Perdana Menteri Israel) Benjamin Netanyahu dan Ben-Gvir,” ujarnya kepada The New York Times.