Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggambarkan kondisi Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza usai 6 bulan diserang Israel.
Seperti sebagian besar wilayah utara, Rumah Sakit Al-Shifa – yang pernah menjadi rumah sakit rujukan terbesar dan terpenting di Gaza kini tidak lumpuh setelah pengepungan terakhir.
Baca juga: Perang Gaza Ujian bagi Hubungan AS dan Israel
Tidak ada pasien yang tersisa di fasilitas tersebut.
Sebagian besar bangunan rusak parah atau hancur dan sebagian besar peralatan tidak dapat digunakan atau menjadi abu.
Tim WHO mengatakan bahwa skala kehancuran telah membuat fasilitas tersebut tidak berfungsi sama sekali.
Baca juga: Tak Lama Setelah Anak-Cucu Haniyeh Dibunuh, Salvo Roket Menyembur dari Gaza ke Pemukiman Israel
Sehingga semakin mengurangi akses terhadap layanan kesehatan yang menyelamatkan jiwa di Gaza.
Gedung gawat darurat, bedah, dan bangsal bersalin rumah sakit rusak parah akibat bahan peledak dan kebakaran.
Dinding barat unit gawat darurat dan dinding utara unit perawatan intensif neonatal (NICU) telah dirobohkan.
"Setidaknya 115 tempat tidur di unit gawat darurat telah terbakar dan 14 inkubator di NICU hancur, serta aset lainnya," tulis WHO seperti dilansir dari website resmi, Jumat (12/4/2024).
Pabrik oksigen rumah sakit tersebut telah hancur.
Sehingga Rumah Sakit Kamal Adwan menjadi satu-satunya sumber produksi oksigen medis di wilayah utara.
Situasi saat ini telah menyebabkan Gaza utara tidak memiliki kemampuan pemindaian CT dan berkurangnya kapasitas laboratorium secara signifikan.
Sehingga sangat mengganggu efektivitas diagnosis, yang pada gilirannya akan meningkatkan angka kematian yang dapat dihindari.
Baca juga: Tak Lama Setelah Anak-Cucu Haniyeh Dibunuh, Salvo Roket Menyembur dari Gaza ke Pemukiman Israel