Beberapa komentator di internet seperti penulis Haaretz Anshel Pfeffer dan Mairav Zonszein dari International Crisis Group, merasa senang karena negara Arab ikut terlibat membantu.
Mereka mengatakan hal ini membuktikan negara-negara Arab dan Israel dapat bekerja sama dan bahwa Israel tidak sendirian di Timur Tengah.
Yordania, misalnya, sangat kritis terhadap serangan militer Israel di Gaza, yang masih terus berlanjut hingga saat ini.
Baca juga: Ditelepon Presiden AS Soal Eskalasi Iran-Israel, Raja Yordania: Negara Kami Bukan Arena Perang
Satu dari lima orang di Yordania adalah keturunan Palestina, termasuk ratu negara tersebut.
Selama beberapa minggu terakhir terjadi protes yang semakin agresif di Yordania terhadap Israel.
Namun, pada saat yang sama, Yordania berbatasan dengan Israel, yang merupakan penjaga Masjid Al-Aqsa di Yerusalem.
Masjid Al-Aqsa adalah sebuah tempat yang sangat penting bagi umat Islam, Kristen, dan Yahudi.
Yordania kerap bekerja sama dengan pemerintah Israel, meskipun seringkali berada di belakang layar, menurut DW.
Yordania dan Arab Saudi Berusaha Seimbang
Pihak berwenang Yordania, yang juga menganggap AS sebagai sekutu penting, harus menyeimbangkan semua kepentingan, stabilitas politik, dan pertahanan diri.
Ditudung membela Israel, Yordania dengan cepat mengatakan bahwa mereka sebenarnya membela diri sendiri.
“Beberapa benda yang memasuki wilayah udara kami tadi malam dicegat karena merupakan ancaman bagi masyarakat dan wilayah berpenduduk kami,” kata pemerintah Yordania dalam sebuah pernyataan.
“Beberapa pecahan jatuh di wilayah negara tersebut tanpa menyebabkan kerusakan berarti.”
Emile Hokayem, dari Institut Internasional untuk Studi Strategis, mengatakan keterlibatan Yordania adalah bagian dari bukti bahwa Yordania adalah mitra yang baik bagi AS.
Arab Saudi adalah negara lainnya yang harus menyeimbangkan kepentingannya sendiri, aliansi internasional dan realpolitik dengan munculnya konflik di Gaza.