Pertahanan sipil mengatakan beberapa jenazah adalah orang-orang yang tewas selama pengepungan rumah sakit.
Sementara yang lainnya terbunuh ketika pasukan Israel menggerebek rumah sakit tersebut.
Juru Bicara PBB, Stephane Dujarric mengatakan, permasalahan siapa yang dapat atau harus melakukan investigasi masih menjadi pertanyaan.
Agar PBB dapat melakukan penyelidikan, salah satu badan utamanya harus memberikan izin, kata Dujarric.
"Saya pikir tidak ada seorang pun yang boleh berprasangka buruk terhadap hasil atau siapa yang akan melakukannya," kata Dujarric.
Baca juga: Israel Tidak Bisa Mencapai Apa Pun 200 Hari Perlawanan Gaza Sekuat Pegunungan Palestina, Kata Ubaida
"Saya pikir ini perlu dilakukan penyelidikan jika ada akses dan kredibilitas," ungkapnya.
Penemuan kuburan massal tersebut, ucap Dujarric, merupakan alasan lain mengapa diperlukan gencatan senjata dan mengakhiri konflik ini.
Israel Bunuh 18 Anak di Rafah
Sementara itu, serangan Israel di wilayah pesisir terus berlanjut, termasuk di Kota Rafah di Gaza selatan.
Serangan Israel itu telah menewaskan 22 orang, termasuk 18 anak-anak, kata pejabat kesehatan pada hari Minggu.
Serangan pertama pada Minggu pagi menewaskan seorang pria, istrinya dan anak mereka yang berusia tiga tahun, menurut Rumah Sakit Kuwait terdekat, yang menerima jenazah tersebut.
Dikutip dari Al Jazeera, wanita tersebut sedang hamil, dan dokter berhasil menyelamatkan bayinya, kata rumah sakit.
Baca juga: 200 Hari Perang Gaza, Abu Ubaida: Israel Terjebak di Pasir Gaza, Hanya akan Menuai Malu & kekalahan
Israel hampir setiap hari melakukan serangan udara di Rafah, di mana lebih dari separuh penduduk Gaza yang berjumlah 2,3 juta jiwa mencari perlindungan dari pertempuran di tempat lain.
Serangan kedua menewaskan 17 anak-anak dan dua wanita, semuanya berasal dari keluarga yang sama, menurut catatan rumah sakit.
Serangan udara di Rafah malam sebelumnya menewaskan sembilan orang, termasuk enam anak-anak.