“Kami terus berpindah dari satu tempat ke tempat lain,” kata al-Kafarna kepada Al Jazeera sambil menggendong bayinya.
“Anak ini lahir saat perang. Apa salahnya?," ucapnya.
“Mereka memindahkan kami dari Kota Gaza dan menyuruh kami pergi ke selatan,"
"Setelah itu, mereka menyuruh kami pergi ke Khan Younis," tuturnya.
"Setelah itu kami sampai di Nuseirat. Setelah Nuseirat ke Deir el-Balah. Dan kemudian mereka membawa kami ke Rafah. Mereka bilang itu tempat yang aman. Tapi kenyataannya, itu tidak aman,"terangnya.
Kritis di Fasilitas Medis
Kantor media pemerintah di Gaza mendesak badan-badan internasional agar segera memasok bahan bakar ke Rumah Sakit Martir al-Aqsa.
Pihak administrasi Rumah Sakit Martir al-Aqsa baru saja memperingatkan bahwa bahan bakar yang dibutuhkan sudah semakin menipis, dan hanya cukup untuk bertahan dua hari.
Baca juga: Pengamat Perang: Hamas Aktif di Luar Rafah dan Bertempur secara Efektif di Jalur Gaza Utara
"Kami menyerukan kepada semua organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan lembaga internasional untuk segera memasok bahan bakar ke Rumah Sakit Martir Al-Aqsa sebelum terlambat," kata fasilitas medis tersebut dalam sebuah pernyataan.
"Dan kami menyerukan intervensi segera dan mendesak untuk memasok bahan bakar ke semua rumah sakit dan merehabilitasi serta memulihkannya sebelum terjadi bencana kemanusiaan yang bisa membunuh ribuan orang," urainya.
Ia menambahkan bahwa mereka menganggap Israel, Amerika Serikat (AS) dan semua otoritas terkait bertanggung jawab penuh atas "bencana atau krisis nyata", di Gaza.
Gaza telah sepenuhnya terputus dari bantuan sejak 7 Mei, ketika Israel mengambil alih perbatasan Rafah dan memindahkan pasukan ke kota di selatan.
Dengan berkurangnya persediaan bahan bakar dan air, layanan bantuan bisa terpaksa ditutup total dalam beberapa hari, bisa dibilang akan menyebabkan lebih banyak keputusasaan di wilayah kantong yang dilanda perang tersebut.
Badan-badan PBB mengatakan bahwa berkurangnya stok makanan dan bahan bakar dapat memaksa operasi bantuan terhenti dalam beberapa hari di Jalur Gaza karena penyeberangan utama tetap ditutup.
Penangguhan ini dapat memaksa rumah sakit untuk tutup dan menyebabkan lebih banyak malnutrisi, mereka memperingatkan.