Sekitar 85 persen dari 2,3 juta penduduk di wilayah kantong tersebut menjadi pengungsi internal, dan terjadi kekurangan makanan, air, dan obat-obatan.
Invasi Israel bisa menjadi 'bencana'
Dalam konteks yang sama, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Turk menyatakan bahwa perintah terbaru tersebut mempengaruhi hampir 1 juta orang di Rafah.
"Jadi ke mana mereka harus pergi sekarang? Tidak ada tempat yang aman di Gaza!" serunya.
“Orang-orang yang kelelahan dan kelaparan ini, banyak di antaranya telah mengungsi berkali-kali, tidak mempunyai pilihan yang baik,” katanya.
Turk menekankan bahwa serangan darat tersebut bisa menjadi “bencana besar” karena dapat diperkirakan akan terjadi kekejaman lebih lanjut.
Perlu dicatat bahwa pendudukan Israel memperkuat perintah evakuasi paksa di Rafah timur pada Sabtu (11/5/2024), memaksa 300.000 warga Palestina yang telah terpaksa mengungsi meninggalkan daerah tersebut.
Dikutip dari The Atlanta Journal-constitution, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim, Rafah adalah benteng terakhir Hamas.
Baca juga: Menlu Inggris Tolak Seruan Setop Jual Senjata ke Israel di Tengah Rencana Netanyahu Invasi Rafah
Kantor berita Wafa melaporkan bahwa beberapa orang terluka parah ketika jet Israel mengebom sebuah rumah di lingkungan Brazil di Rafah timur.
Lingkungan as-Salam, at-Tannour dan ash-Shawka di Rafah timur juga terkena dampaknya.
Sampai hari ini, Israel belum memberikan rencana rinci mengenai pemerintahan pascaperang di Gaza.
“Apa yang mereka inginkan dari kita?" tanya Umm Ali, seorang pengungsi Palestina, dikutip dari Al Jazeera.
“Mereka membunuh kami dan anak-anak kami. Apa yang bisa kita lakukan?" ucapnya.
Tel Aviv hanya mengatakan bahwa mereka akan mempertahankan kontrol keamanan terbuka atas wilayah kantong yang berpenduduk sekitar 2,3 juta warga Palestina itu.
Negara tetangga, Mesir belum lama ini menyatakan kecaman terhadap rencana invasi Rafah.
Mesir bahkan berniat menyusul tindakan Afrika Selatan (Afsel) menggugat Israel di Mahkamah Internasional karena melakukan genosida di Gaza.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)