“Tidak ada solusi dua negara tanpa negara Palestina. Dengan kata lain, negara Palestina merupakan prasyarat tercapainya perdamaian di Timur Tengah,” ujarnya.
Gahr Støre juga mengatakan dia akan “mencatat” keputusan Israel untuk menarik duta besarnya. “Ini adalah pemerintahan yang banyak berselisih paham dengan kami,” katanya, menurut Associated Press.
“Yang kami sepakati adalah mengutuk serangan kejam Hamas pada 7 Oktober.”
Simon Harris, seorang Taoiseach Irlandia—seorang kepala pemerintahan yang posisinya setara dengan perdana menteri—mengatakan bahwa Irlandia juga mengakui Palestina “sebagai bangsa di antara bangsa-bangsa” untuk “menjaga harapan solusi dua negara tetap hidup.”
Dia juga mengatakan Irlandia “merasa terhormat” untuk memberikan pengakuan tersebut bersamaan dengan Spanyol dan Norwegia, dan tetap berharap bahwa “negara lain akan melakukan hal yang sama pada gelombang berikutnya.”
Perdana Menteri Spanyol Pedro Sánchez, sementara itu, bersikeras bahwa pengakuan tersebut “tidak bertentangan dengan Israel” atau orang-orang Yahudi, juga tidak “menguntungkan Hamas,” melainkan mendukung “perdamaian dan hidup berdampingan,” katanya.
Netanyahu Masih Tutup Telinga, Terus Mengebom Rumah Sakit dan Sekolah
Dia menambahkan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu masih menutup telinga dan masih mengebom rumah sakit dan sekolah serta menghukum perempuan dan anak-anak dengan kelaparan dan kedinginan.
Netanyahu secara pribadi belum menanggapi perkembangan tersebut. Awal pekan ini, jaksa Pengadilan Kriminal Internasional meminta surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan menteri pertahanannya atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan terkait dengan perang di Gaza.
Netanyahu mengecam tindakan “keterlaluan” tersebut, dan menuduh jaksa ICC melakukan “pencemaran nama baik” dan “tanpa perasaan menuangkan bensin ke dalam api antisemitisme yang berkobar di seluruh dunia.”
Dia telah lama menentang pembentukan negara Palestina, dan memuji hasil pemungutan suara di Knesset pada bulan Februari yang menolak pengakuan “sepihak” atas negara tersebut sebagai pernyataan jelas bahwa Israel tidak akan membalas aksi Hamas dengan pengakuan sepihak sebagai respons terhadap pembantaian 7 Oktober.
Israel juga tidak akan menerima solusi yang dipaksakan di tengah meningkatnya tuntutan internasional untuk melakukan pembicaraan baru mengenai negara Palestina.
Netanyahu mengatakan pembentukan negara Palestina tidak hanya gagal membawa perdamaian tetapi juga akan membahayakan negara Israel.
Mahmoud Abbas, presiden Otoritas Palestina, menyambut baik keputusan Irlandia, Spanyol, dan Norwegia.
Dalam sebuah pernyataan yang dilansir kantor berita Wafa, Abbas meminta negara-negara lain yang belum mengakui negara Palestina untuk mengakui hak rakyat Palestina untuk menentukan nasib sendiri dan mengembalikan kepercayaan pada sistem global berdasarkan aturan dan persamaan hak bagi semua bangsa-bangsa di bumi.”
(Sumber: Daily Beast, The Cradle)