News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Aksi Israel Kuasai Sepenuhnya Koridor Philadelphia Bisa Jadi Langkah Bunuh Diri IDF dan Warga Gaza

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

DIKUASAI ISRAEL - Posisi Koridor Philadelphia (alias Poros Salah Al-Din) di Jalur Gaza di sepanjang perbatasan dengan Mesir. Wilayah ini dikuasai Israel sepenuhnya dengan dalih mengontrol pergerakan Hamas di Jalur Gaza.

Aksi IDF Kuasai Sepenuhnya Koridor Philadelphia Bisa Jadi Langkah Bunuh Diri Buat IDF dan Warga Gaza

TRIBUNNEWS.COM - Tentara Israel mengkalim sudah menduduki seluruh perbatasan darat dengan Gaza, setelah mengambil alih kendali zona penyangga demiliterisasi di sepanjang Mesir, Anadolu Agency melaporkan.

Dalam penjelasannya pada hari Rabu, juru bicara militer, Daniel Hagari, mengatakan tentara telah mengambil “kendali operasional” di Koridor Philadelphia.

Baca juga: Pasukan Israel Mundur dari Jabalia: Rafah Kartu Terakhir, IDF Kerahkan Para Jenderal Pembantai

Tentara mengatakan pasukannya telah menutup seluruh perbatasan Gaza kecuali sebagian kecil di dekat pantai dan daerah Tel Al-Sultan di kota paling selatan Rafah.

Baca juga: Mesir Beri Sinyal ke Hamas Cs, Gabung Perang Kalau Israel Rebut Kendali Koridor Philadelphia

Tank Israel melaju di perbatasan Mesir-Gaza di Koridor Philadelphia. IDF mengambil alih kendali perbatasan, sebuah pelanggaran atas perjanjian damai dengan Mesir. Namun sejauh ini, Mesir hanya bisa berteriak menggertak tanpa aksi nyata ke Israel. (anadolu)

Langkah Bunuh Diri

Dalam komentarnya atas pernyataan Israel tentang kendali operasional atas poros Philadelphia, pakar militer dan strategis Yordania, Nidal Abu Zaid, mengatakan bahwa istilah kendali operasional tidak berarti Israel mampu mengendalikan poros tersebut dan menstabilkannya.

"Karena (istilah) kendali operasional berarti bahwa pasukan pendudukan menduduki poros Philadelphia dengan mengandalkan kekuatan militer dan bukan dengan otoritas (pengakuan),"

Hal ini (penguasaan wilayah secara militer) bukan hal baru, menurut Abu Zaid, karena tentara IDF, sejak hari pertama agresi militer di Gaza, juga telah menguasai seluruh Jalur Gaza dengan serangan udara dan tembakan artileri.

"Oleh karena itu, tampaknya pasukan pendudukan mengeluarkan pernyataan ini karena ingin mencapai prestasi apa pun, meskipun itu fiktif," kata dia dilansir Khaberni, Kamis (30/5/2024).

Abu Zaid menambahkan, bahkan jika pasukan pendudukan Israel menembus sepanjang poros Philadelphia, mereka harus memperhitungkan bahwa panjang poros tersebut adalah 14 kilometer.

"Dan ini, menurut kebiasaan militer, mewajibkan adanya jalur suplai untuk pasukan ditempatkan," kata dia.

Hal itu akan menghasilkan kerentanan tersendiri bagi IDF di mana jalur suplai logistik serta lokasi penimbunannya akan mudah diserang oleh milisi perlawanan yang berujung pada timbulnya kerugian besar di sisi Israel.

Hal lain yang paling penting, menurut Abu Zaid, adalah panjangnya dan sempitnya poros Philadelphia membuat pasukan yang berada di sana mudah dan rentan terhadap sasaran apa pun.

"Ini berarti bahwa mereka mungkin akan menyerang Penyeberangan Rafah untuk memisahkan pasukan yang terletak di utara Poros Philadelphia dari selatan," katanya.

Secara umum, kesimpulan dari analisis Abu Zaid adalah, penguasaan koridor Philadelphia menjadi langkah bunuh diri pasukan IDF dengan risiko kerugian yang sangat mahal untuk ditanggung Israel.

Potret anak-anak kelaparan di Gaza (X/UNRWA)

Gunakan Strategi Kelaparan

Di sisi lain, penguasaan penuh Koridor Philadelphia juga akan menambah kesengsaraan warga Jalur Gaza.

Anadolu dalam ulasannya menyebut, penguasaan penuh koridor tersebut bisa menimbulkan bencana bagi masyarakat yang tinggal di Jalur Gaza yang dilanda perang karena Israel akan mengontrol masuknya bantuan dan pasokan medis ke wilayah pesisir tersebut.

Puluhan orang meninggal karena kelaparan dan dehidrasi dalam beberapa bulan terakhir.

Menyusul kemenangan Hamas dalam pemilihan parlemen pada tahun 2006, Israel memulai blokade yang mencekik terhadap Gaza, yang mana empat dari enam titik persimpangan dengan Gaza ditutup.

Tentara Israel hanya membuka sebagian Penyeberangan Erez untuk pergerakan individu dan Penyeberangan komersial Karm Abu Salem untuk masuknya barang ke Gaza.

Dalam 18 tahun terakhir, Israel menguasai semua barang yang masuk ke Gaza, dan menempatkan daftar panjang barang-barang yang tidak diizinkan masuk ke Gaza, mengklaim bahwa barang-barang tersebut memiliki kegunaan ganda yang dapat digunakan untuk keperluan militer.

Kantor media pemerintah Gaza mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tentara Israel memberlakukan kebijakan dan strategi kelaparan terhadap 2,4 juta warga Palestina di Gaza.

Masyarakat di Gaza yang kehilangan sumber pendapatannya membutuhkan sekitar 7 juta makanan sehari.

Pada tanggal 7 Mei, pendudukan tentara Israel di perbatasan Rafah dengan Mesir menghalangi pasien Palestina untuk melakukan perjalanan untuk mencari perawatan medis.

Hal ini juga menghalangi masuknya truk bantuan kemanusiaan ke Gaza

Mesir terus mendukung perjuangan Palestina dan menolak berkoordinasi dengan Israel mengenai masalah perbatasan.

Pada tanggal 24 Mei, Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi dan Presiden Amerika, Joe Biden, setuju untuk sementara waktu mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza melalui Penyeberangan Karm Abu Salem Israel.

Namun, berdasarkan perjanjian ini, hanya sejumlah kecil truk bantuan yang memasuki Gaza di tengah pengetatan pembatasan yang dilakukan Israel.

Baca juga: Insiden Lagi, Giliran 4 Kapal Angkatan Laut AS Rusak: Dermaga Terapung Gaza Jadi Pangkalan Militer?

Proses pembangunan dermaga apung Gaza (Twitter U.S. Central Command)

Dermaga Terapung Buatan AS Tak Efektif

Dermaga terapung buatan AS yang mulai beroperasi pada pertengahan Mei memang telah menerima pasokan bantuan secara sporadis.

Namun, menurut kantor media pemerintah di Gaza, kurang dari seratus truk bantuan memasuki Gaza melalui dermaga.

Situasi dermaga semakin parah dalam beberapa hari terakhir karena rusak akibat air pasang yang kuat dan memerlukan waktu cukup lama untuk diperbaiki.

Pada hari Rabu, juru bicara Pentagon mengatakan dermaga itu akan dipindahkan dari lokasinya di pantai Gaza selama 48 jam ke depan dan dibawa ke pelabuhan Ashdod di Israel, tempat Komando Pusat AS akan melakukan perbaikan.

Bahkan ketika sudah beroperasi, otoritas Gaza dan organisasi bantuan internasional menegaskan bahwa dermaga tersebut tidak bisa menjadi alternatif penyeberangan darat untuk masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Pada hari Rabu, juru bicara PBB, Stephane Dujarric, mengatakan kepada wartawan pada konferensi pers bahwa pengiriman bantuan ke Gaza telah menurun sebesar 67 persen sejak penutupan Penyeberangan Rafah pada 7 Mei.

Israel telah melancarkan serangan brutal di Jalur Gaza sejak 7 Oktober, menewaskan lebih dari 36.170 orang dan melukai 81.400 lainnya.

Hampir delapan bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur akibat blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang melumpuhkan.

Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ).

(oln/khbrn/anadolu/*)


 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini