Pertempuran Senyap Yordania-Israel, Pasukan Arab Tuntaskan Airdrop ke-100 di Gaza
TRIBUNNEWS.COM - Ambisi Israel menginvasi Jalur Gaza tampaknya sudah mencapai titik yang membuat Yordania mual.
Meski masih berstatus menjalin hubungan dengan negara pendudukan tersebut, Amman dilaporkan terus melakukan upaya perlawanan senyap terhadap manuver militer Tel Aviv di Gaza.
Satu di antaranya adalah lewat aksi berkelanjutan penerjunan bantuan ke Gaza saat Israel makin rapat memblokade akses masuk darat ke wilayah kantung Palestina tersebut.
Baca juga: Yordania Kutuk Israel Atas Pembantaian Rafah, Ratu Rania: Korban Digiring Lalu Dibakar Saat Tidur
Terbaru, Angkatan Bersenjata Yordania (JAF) - Tentara Arab pada Kamis (30/5/2024) kembali melancarkan 3 kali bantuan kemanusiaan dan makanan ke sejumlah lokasi di Jalur Gaza selatan.
"Airdrop tersebut membawa bantuan dan bantuan kemanusiaan untuk mendukung orang-orang di Jalur Gaza, akibat perang Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza," menurut pernyataan JAF.
Sebuah pesawat dari Angkatan Udara Kerajaan Yordania, pesawat Mesir, dan pesawat Jerman keempat dilaporkan terlibat dalam kolaborasi operasi penerjunan bantuan lewat udara tersebut.
JAF menegaskan kembali kesinambungan pengiriman bantuan kemanusiaan dan medis melalui jembatan udara dari Bandara Marka ke Bandara Internasional El-Arish, atau melalui pengiriman udara ke Gaza, atau konvoi bantuan darat, untuk membantu masyarakat Gaza mengatasi kondisi sulit, kata pernyataan itu.
Hingga saat ini, JAF telah melakukan 100 airdrops sejak awal agresi Israel di Gaza dan berpartisipasi dalam 256 operasi penurunan udara lainnya, bekerja sama dengan negara-negara Arab dan luar negeri.
Mulai Ragu Soal Normalisasi
Mualnya Yordania atas Israel juga membuat negara kerajaan itu mulai meragukan terciptanya normalisasi yang digaung Amerika Serikat dengan negara-negara di kawasan Arab.
Putra Mahkota Yordania Hussein bin Abdullah (29) melontarkan keraguannya akan normalisasi hubungan dan perjanjian perdamaian antara negara-negara Arab dan Israel.
Dia bahkan mengatakan bahwa negaranya sedang dalam pertempuran diplomatik dan politik dengan Israel.
Dalam sebuah wawancara televisi di Al Arabiya milik Saudi, Minggu (26/5/2024), calon raja tersebut mengkritik negara-negara di seluruh dunia karena tidak berbuat cukup untuk mengakhiri perang di Gaza.
“Kami terkejut dengan ketidakmampuan dunia menghentikan pembantaian di Gaza," katanya.