“Idul Adha kali ini adalah hari yang menyedihkan bagi saya dan keluarga saya, begitu juga bagi seluruh keluarga di Gaza."
"Tidak ada kurban, tidak ada suasana Idul Fitri, dan tidak ada hewan di jalanan, rumah potong hewan, atau peternakan,” ujarnya.
Hewan-hewas sekarat
Seorang pedagang ternak dari Gaza utara mengatakan bahwa harga hewan telah meningkat karena banyak hewan yang mati sejak bulan Oktober, baik akibat penembakan Israel, atau karena kelaparan karena kurangnya pakan.
“Harga tahun ini sangat tinggi. Pada tahun-tahun sebelumnya, harga akan naik satu atau dua syikal, dan masyarakat akan mengeluh, sehingga menyebabkan melemahnya permintaan."
"Namun tahun ini, harga meningkat hampir sepuluh kali lipat, dan hampir tidak ada aktivitas pembelian, kecuali dari beberapa organisasi dan donor amal dari luar negeri,” kata Mohammad Warsh Agha, dari Beit Lahia.
Agha mengatakan dia biasa menjual lebih dari 200 ekor domba setiap Idul Adha.
Namun tahun ini dia hanya punya tujuh ekor domba.
“Saat perang dimulai, saya mempunyai sekitar 90 ekor domba."
"Saya hanya berhasil menjual 20 ekor domba selama perang."
"Saya kehilangan sekitar 70 ekor domba lainnya mati atau kekurangan gizi."
"Ada tujuh anak domba yang tersisa memiliki berat badan kurang dari setengah berat badan biasanya karena mereka tidak diberi makan dengan benar,” kata Agha.
Baca juga: 2.500 Warga Palestina Tahun Ini Batal Naik Haji Gara-gara Agresi Militer Israel di Gaza
Agha mengatakan kepada The National bahwa dia menjual tujuh ekor domba tersebut ke sebuah badan amal dengan harga pasar yang tinggi.
Mereka akan disembelih pada hari pertama Idul Adha dan dibagikan kepada mereka yang membutuhkan di Gaza.
Pasar ternak kosong
Pada tahun-tahun normal, warga Gaza akan mengunjungi pasar ternak menjelang Idul Adha.