Momen tersebut dipandang sebagai hari libur dan memberikan hiburan serta kegembiraan, terutama bagi anak-anak.
Tahun ini, sebagian besar pasar ternak kosong karena perang dan kekurangan hewan, dan semakin sedikit warga Gaza yang berkunjung.
Bahjat mengatakan dia tidak membawa anak-anaknya ke pasar tahun ini, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya.
Warga Palestina lainnya, Ismail Helles, mengatakan tidak terbayangkan merayakan Idul Adha tanpa pasar di timur kota Gaza.
“Saya tidak bisa membayangkan bagaimana lebaran ini akan berlalu tanpa mengunjungi pasar ternak di sisi timur."
"Dua minggu sebelum Idul Adha, saya biasa pergi ke pasar pada hari Jumat, pasar akan ramai dengan orang-orang yang memilih hewan kurbannya,” kata Ismail kepada The National.
Ismail tinggal di lingkungan Shujaiya di Gaza timur.
Istri dan putrinya terbunuh dan rumahnya hancur.
“Hanya dua putra saya yang selamat, berhasil diangkat dari reruntuhan. Tahun ini, tidak ada kegembiraan."
"Setiap kali saya memikirkan Idul Adha, saya teringat kebahagiaan putri saya, Lynn, tahun lalu dengan domba yang kami bawa pulang."
"Dia bermain bersamanya sepanjang malam hingga tiba waktunya pengorbanan keesokan paginya,” kata Ismail.
Baca juga: Pendahulu Netanyahu Kritik Israel: Perang di Gaza Tidak Berhasil, Pemerintah Harus Diganti
Wilayah Shujaiya kembali diserang pada hari Sabtu, di mana serangan udara Israel menghantam beberapa rumah di timur kota Gaza, menewaskan 15 warga sipil.
Meskipun ada tekanan internasional untuk melakukan gencatan senjata, pertempuran belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.
Penutupan perbatasan Rafah oleh Israel juga membuat warga Palestina tidak dapat meninggalkan wilayah tersebut untuk menunaikan ibadah haji.