News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

2 Pesawat Airbus Dilaporkan Dibawa Kabur dari Lithuania ke Iran, Transponder Dimatikan saat Terbang

Penulis: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pesawat Airbus A340. Dua pesawat dilaporkan diselundupkan ke Iran dari Lithuania.

TRIBUNNEWS.COM, VILNUS - Dua pesawat Airbus A340 bernilai ratusan juta dollar AS dikabarkan telah "dibawa kabur" dari Lithuania ke Iran.

Kabar mengejutkan ini dikutip dari pemberitaan Defencesecurityasia, yang mengunggah soal dua pesawat Airbus yang harusnya bertolak dari Lithuania ke Sri Lanka dan Filipina, namun justru mendarat di Iran.

"Pihak tak dikenal berhasil menyelundupkan dua pesawat komersial Airbus A340 milik perusahaan leasing Macka Invest yang berbasis di Gambia, menerbangkannya dari Lithuania ke Iran," demikian tulis laporan tersebut.

Dijelaskan dalam laporan mereka, media di Lituania menunjukkan bahwa salah satu pesawat Airbus A340 mendarat di Bandara Mehrabad sementara yang lainnya mendarat di Bandara Konarak, Charbahar di Iran selatan.

“Dengan ini, maskapai penerbangan Iran, Mahan Air, telah berhasil mengakuisisi dua pesawat komersial, menghindari sanksi ekonomi yang dikenakan pada negara tersebut karena program nuklirnya,” kata laporan itu.

Kedua pesawat dilaporkan mematikan transpondernya segera setelah memasuki wilayah udara Iran untuk mencegah pelacakan posisi akhir mereka.

Cara kerja teknologi transponder kira-kira mendekati kerja piranti pemancar radio yang otomatis.

Secara ringkas, transponder mempunyai tiga kegunaan.

Teknologi transponder bertugas menerima sinyal.

Kedua, teknologi transponder mampu menguatkan sinyal.

Ketiga, teknologi transponder mengirimkan sinyal melalui frekwensi tertentu.

Teknologi transponder memanfaatkan komunikasi nirkabel.

Sementara, Airbus A340 lainnya, juga milik Macka Invest yang dilarikan ke Iran awalnya ditujukan ke Filipina.

Aurelija Kuezada, Direktur Bandara Siauliai di Lithuania, berbicara kepada media lokal, mengatakan, pesawat tersebut dilarang terbang ke tujuan yang dimaksudkan karena membawa berbagai suku cadang pesawat.

“Pesawat itu seharusnya terbang ke Filipina, tapi kami mengantisipasi pesawat itu juga bisa mendarat di Iran, dan kami tidak berdaya untuk mencegahnya,” katanya.

Pihak berwenang Lituania telah menyatakan bahwa penerbangan kedua Airbus A340 di luar wilayah udara Lithuania tidak menimbulkan kekhawatiran apa pun dan dianggap sebagai tanggung jawab otoritas nasional lainnya.

Insiden ini mengulangi kejadian serupa pada tahun 2022 ketika empat pesawat komersial Airbus A340 lepas landas dari Johannesburg menuju Uzbekistan tetapi, mendekati wilayah udara Iran, mematikan transpondernya dan dilaporkan mendarat di Iran.

Karena sanksi ekonomi yang berasal dari pengembangan nuklirnya, maskapai penerbangan komersial Iran dilarang membeli pesawat komersial baru dan suku cadangnya.

Sanksi ini telah menyebabkan krisis dalam industri penerbangan komersial, dengan lebih dari 500 pesawat dilarang terbang dan tidak dapat terbang karena kurangnya suku cadang.

Pakar industri telah mengindikasikan bahwa Iran membutuhkan 400 pesawat komersial baru, namun sanksi ekonomi menghalangi pembelian pesawat baru dan juga menghalangi pekerjaan peningkatan dan pemeliharaan pada pesawat yang sudah ada.

Pembatasan ini juga menyebabkan peningkatan kecelakaan udara di negara tersebut.

Menurut Jaringan Keamanan Penerbangan, sejak sanksi ekonomi diberlakukan terhadap Iran setelah Revolusi Islam pada tahun 1979, insiden udara telah mengakibatkan 1.755 korban jiwa.

Iran Air, maskapai penerbangan nasional, dilaporkan memiliki 335 pesawat, tetapi setengah dari mereka dilarang terbang karena tidak tersedianya suku cadang.

Sanksi AS juga membuat Iran tak bisa membeli pesawat, helikopter, atau suku cadang aviasi baru dari AS dan sekutunya.

Akibatnya, Iran kesulitan memperbarui atau meremajakan armadanya. Armada penerbangan Iran pun menua.

Akhir Mei lalu, Departemen Keuangan AS mengumumkan sanksi baru yang ditujukan untuk menghambat program pesawat nirawak (UAV) Iran, yang telah menyediakan UAV mematikan bagi Rusia untuk digunakan dalam serangannya terhadap Ukraina.

Dalam sebuah rilis, Kantor Pengawasan Aset Luar Negeri, atau OFAC, Departemen Keuangan mengatakan bahwa mereka menargetkan seorang eksekutif penerbangan Iran dan empat entitas komersial yang terkait dengan Perusahaan Rayan Roshd Afzar yang sebelumnya dikenai sanksi karena telah membeli suku cadang penting untuk program UAV Iran tersebut.

Eksekutif yang menjadi sasaran adalah Kepala Organisasi Industri Penerbangan Iran (IAIO) Afshin Khajeh Fard, yang berkantor pusat di Teheran.

Depkeu AS mengatakan Khajeh Fard mengawasi upaya IAIO untuk memproduksi UAV dan rudal, dan dia telah mempromosikan inovasi program UAV Iran dan mengurangi ketergantungannya pada pemasok asing.

Sekilas tentang pesawat A340

Airbus A340 merupkan pesawat penumpang komersial berukuran besar yang diproduksi oleh Airbus.

Pesawat ini memiliki desain yang mirip dengan tipe Airbus A330 tetapi A340 menggunakan empat mesin tidak hanya dua seperti A330.

Pesawat A340 dilengkapi dengan sistem kontrol penerbangan fly-by-wire digital.

Pesawat ini juga menggunakan joystick samping daripada menggunakan kemudi depan, dengan satu stik di sisi kiri pilot dan stik yang lain di sisi kanan ko-pilot. Instrumen penerbangan A340 sangat mirip dengan yang dimiliki oleh A320, dan mempekerjakan pilot dengan rating yang sama dengan A330.

Hal ini memungkinkan kru penerbang A330/A340 untuk menerbangkan A320 dan sebaliknya dengan sedikit latihan tambahan. Hal ini menghemat biaya bagi maskapai yang mengoperasikan kedua jenis pesawat tersebut.

Kokpit menggunakan sistem kokpit digital dengan menggunakan layar CRT untuk pesawat A340-200 dan A340-300 dan sekarang menggunakan layar liquid crystal display (LCD). beberapa struktur utama komposit juga digunakan.

A340 juga merupakan pesawat komersial pertama yang memungkinkan penumpangnya menggunakan telepon seluler selama penerbangan.

Pada Maret 2008 Emirates memperkenalkan sistem yang memungkinkan penumpang melakukan panggilan menggunakan telepon seluler mereka. Namun mereka tidak bisa menerima panggilan dan sistem ini tidak tersedia saat penerbangan malam dan saat lepas landas dan mendarat.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini