TRIBUNNEWS.COM - Ribuan pejuang dari kelompok yang didukung Iran di Timur Tengah, siap datang ke Lebanon.
Proksi-proksi Iran itu siap bergabung kelompok militan Hizbullah dalam pertempurannya dengan Israel, jika konflik yang memanas meningkat menjadi perang besar-besaran.
Hal itu diungkapkan oleh para pejabat dari faksi yang didukung Iran.
Diberitakan Arab News, baku tembak hampir setiap hari terjadi di sepanjang perbatasan Lebanon dengan Israel utara sejak pejuang dari Jalur Gaza yang dikuasai Hamas melancarkan serangan berdarah di Israel selatan pada awal Oktober 2023 yang memicu perang di Gaza.
Situasi di utara memburuk bulan ini, setelah serangan udara Israel menewaskan seorang komandan senior militer Hizbullah di Lebanon selatan.
Hizbullah membalas dengan menembakkan ratusan roket dan drone peledak ke Israel utara.
Sementara itu, para pejabat Israel mengancam akan melakukan serangan militer di Lebanon jika tidak ada negosiasi akhir yang bisa dilakukan untuk mengusir Hizbullah dari perbatasan.
Kata Militer AS
Perwira tinggi militer Amerika Serikat (AS) memperingatkan, setiap serangan militer Israel ke Lebanon akan berisiko terhadap respons Iran dalam membela kelompok militan Hizbullah yang kuat di sana.
Sehingga, hal itu akan memicu perang yang lebih luas yang dapat menempatkan pasukan AS di wilayah tersebut dalam bahaya.
"Iran akan lebih cenderung mendukung Hizbullah," kata Kepala Staf Gabungan, Jenderal Angkatan Udara CQ Brown, Minggu (23/6/2024), dilansir AP News.
Ia menambahkan, Teheran mendukung militan Hamas di Gaza, namun akan memberikan dukungan lebih besar kepada Hizbullah.
Baca juga: Curhat ke AS, Israel Bisa Pakai Senjata Andalan demi Singkat Perang Lawan Hizbullah Lebanon
"Terutama jika mereka merasa bahwa Hizbullah sedang terancam secara signifikan," jelasnya.
Diketahui, selama dekade terakhir, para pejuang yang didukung Iran dari Lebanon, Irak, Afghanistan, dan Pakistan bertempur bersama dalam konflik yang telah berlangsung selama 13 tahun di Suriah.
Para pejabat dari kelompok yang didukung Iran mengatakan mereka juga bisa bersatu kembali melawan Israel.