Pangeran Hussein mengatakan bahwa sejak dimulainya perang Gaza, Yordania telah melancarkan pertempuran diplomatik dan politik yang berupaya mengalihkan posisi negara-negara ke arah Israel.
Dilansir The New Arab, Yordania dan Israel telah menjalani hubungan diplomatik, politik, dan ekonomi sejak tahun 1994.
Namun hubungan bilateral dengan cepat memburuk sejak dimulainya perang Gaza pada bulan Oktober tahun lalu.
Baca juga: Yordania Kutuk Israel Atas Pembantaian Rafah, Ratu Rania: Korban Digiring Lalu Dibakar Saat Tidur
Bulan lalu, ribuan orang berkumpul setiap malam selama berminggu-minggu di Amman, ibu kota Yordania, menuntut agar Yordania memutuskan hubungan dengan Israel.
“Perjuangan Palestina adalah perjuangan kami, dan meskipun ada kerugian politik atau ekonomi yang harus ditanggung Yordania, peran mereka terhadap rakyat Palestina akan terus berlanjut,” kata putra mahkota.
Normalisasi tanpa perdamaian?
Pangeran Hussein mengecam Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu karena mencoba menyeret wilayah di sekitarnya ke dalam perang.
Hussein tidak hanya menyinggung perang brutal Israel di Gaza tetapi juga serangannya di Tepi Barat yang diduduki.
Serangan udara dan darat Israel telah menewaskan lebih dari 36.000 orang di Jalur Gaza sejak 7 Oktober.
Pasukan Israel juga meningkatkan serangan mematikan di Tepi Barat, menewaskan lebih dari 500 orang sejak saat itu.
“Pemerintah Israel berusaha mempromosikan ke seluruh dunia bahwa konflik dimulai pada 7 Oktober,” kata Pangeran Hussein.
“Mari kita kembali ke masa sebelum 7 Oktober, dan semua pidato Yang Mulia Raja (Raja Abdullah II dari Yordania) dalam 25 tahun terakhir, dan bagaimana beliau memperingatkan bahwa terus melanggar hak-hak rakyat Palestina akan mengakibatkan bencana di wilayah tersebut."
"Lihatlah apa yang terjadi hari ini,” kata putra mahkota kepada Al Arabiya.
“Selama bertahun-tahun, ada upaya untuk meminggirkan isu (Palestina), dan masyarakat telah kehilangan kepercayaan terhadap proses perdamaian,” tambahnya.