Firda menegaskan VoB akan memanfaatkan kesempatan itu untuk menampilkan budaya Indonesia, seperti memasukkan beberapa unsur nada Sunda. Selain itu, Firda, Widi, dan Euis akan tampil dengan busana bercorak modern dan tradisional Indonesia.
VoB akan menampilkan sejumlah lagu, termasuk (Not) Public Property, The Enemy of Earth is You menceritakan manusia sebagai perusak alam, lagu baru berjudul Mighty Island tentang manusia yang serakah sebagai perusak alam nomor satu, dan God, Allow Me (Please) To Play Music.
Sebagai orang desa, ketiga personel VoB memiliki pengalaman berkesan ketika pertama kali ke luar negeri.
Widi Rahmawati (bass) mengaku kaget karena roti isi daging atau burger di Eropa berukuran lebih besar ketimbang di Indonesia.
Firda pernah ditahan pihak imigrasi karena dikira anak kecil. Ketiganya bahkan sering mendapat diskon harga jika makan di restoran, karena lagi-lagi dikira masih kecil. Sementara itu, Euis Siti Aisyah (drum) merasa terkejut karena tidak menemukan sampah di tempat-tepat umum di Denmark.
Ketiganya memang dari desa, namun VoB pekan depan akan berusaha mengguncang Glastonbury.
Pengamat musik Suhardono Anwar mengatakan munculnya group Voice of Bacerot dapat menarik perhatian masyarakat termasuk dunia internasional. Ini menurutnya sangat bagus, group baru namun telah berhasil dapat memukau banyak pihak.
Menurutnya lirik-lirik yang dibawakan group ini menggugah kesadaran akan isu-isu sosial dan menantang norma-norma yang mendiskriminasi. Kehadiran VoB di kancah music mental menjadi sebuah fenomena.
Selain karya-karyanya , group ini seolah mendobrak stereotype tentang Islam dan perempuan berhijab.
Dunia musik yang berkembang
Indonesia tidak asing dengan musik heavy metal dan Presiden Joko Widodo, yang lebih dikenal sebagai Jokowi, dikenal sebagai penggemar band-band seperti Metallica dan Megadeth.
Negara ini juga menjadi tuan rumah Festival Hammersonic – festival musik metal terbesar di Asia Tenggara.
“Sepanjang perjalanannya, scene punk dan rock di Indonesia sangat dipengaruhi oleh perkembangan dari waktu ke waktu,” kata Mikail “Mike” Israfil , vokalis band punk Indonesia Marjinal, kepada Al Jazeera.
“Teknologi dan modernitas mempunyai pengaruh besar terhadap bentuk dan perkembangan dunia. Tantangan yang dihadapi para seniman saat ini adalah bagaimana menyikapi perubahan itu sendiri. Yang menarik adalah scene punk dan rock di Indonesia semakin terbuka, sadar akan ruang dan sadar akan bentuk, sehingga mampu menunjukkan kualitasnya.”