News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Wakili Negara-Negara Islam dalam Sidang PBB, Iran Minta Zionisme Diakui sebagai Bentuk Rasisme

Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga Palestina melarikan diri dengan barang-barang mereka saat asap mengepul di latar belakang, di kawasan Tel al-Sultan di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 30 Mei 2024.

Sebelum Perang Dunia I, Zionisme hanya mewakili sejumlah minoritas Yahudi, terutama dari Rusia.

Gerakan itu membuat propaganda melalui para orator dan pamflet serta membuat surat kabarnya sendiri.

Kegagalan Revolusi Rusia 1905 dan gelombang pogrom (pembunuhan terorganisir) serta penindasan membuat banyak pemuda Yahudi Rusia pindah ke Palestina.

Setelah Perang Dunia I, dua tokoh Zionis bernama Chaim Weizmann dan Nahum Sokolow berperang penting dalam mendapatkan Deklarasi Balfour dari Inggris (1917). Inggris berjanji mendukung pendirian negara Yahudi di Palestina.

Orang-orang Yahudi mulai mendirikan pemukiman di desa dan kota di Palestina. Pada 1933, jumlah penduduk Yahudi di Palestina mencapai 238.000 jiwa.

Aliran imigrasi orang Yahudi ke Palestina makin deras setelah kemunculan Adolf Hitler di Eropa.

Sementara itu, orang-orang Arab mulai khawatir Palestina kelak bisa menjadi negara Yahudi. Mereka menolak Zionisme.

Baca juga: Video Militer Zionis dan Warga Israel Saling Serang, Tel Aviv di Ambang Kehancuran

Agar tetap mendapat dukungan dari orang Arab dalam Perang Dunia II, Inggris kemudian membatasi imigrasi orang Yahudi ke Palestina tahun 1939.

Pembatasan itu ditolak oleh kelompok bawah tanah Yahudi. Mereka melakukan tindakan terorisme dan pembunuhan terhadap orang Inggris serta mengorganisir imigrasi ilegal Yahudi ke Palestina.

Pada 1947, PBB mengusulkan pembagian Palestina menjadi dua, yakni negara orang Arab dan negara orang Yahudi.

Negara Israel kemudian didirikan pada14 Mei 1948. Namun, negara-negara Arab tidak menerimanya sehingga melakukan invasi, tetapi dikalahkan Israel.

Ketika perjanjian gencatan senjata ditandatangani, Israel menguasai wilayah lebih besar daripada yang seharusnya menurut rencana PBB.

Sekitar 800.000 orang Arab melarikan diri atau terusir dari area yang kemudian menjadi Israel.

(Tribunnews/Febri)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini