Selain untuk mempertahankan kekuatan militer di Gaza, Netanyahu berdalih wajib militer dilakukan agar warga ultra-ortodoks bisa merasakan beban tugas militer yang sama dengan rakyat Israel lainnya.
Militer Israel Kompak Resign
Militer Israel tengah menghadapi tantangan signifikan tahun ini.
Setidaknya ada 900 perwira kapten dan pangkat utama Pasukan IDF yang meminta berhenti dari kesatuan militer.
Selain melakukan resign massal, para tentara cadangan dari batalion perang juga menolak perintah Perdana Menteri Netanyahu Benyamin untuk melanjutkan invasi melawan Hamas di jalur Gaza.
Tak sampai disitu, sejumlah pasukan dilaporkan kabur dari batalyon demi terhindar dari tugas perang melawan Hamas di jalur Gaza. Akibat masalah ini brigade baru Israel terancam bubar.
Baru-baru ini sejumlah petinggi militer Israel kompak melakukan pengunduran diri atau resign massal dari kursi jabatannya.
Surat kabar Israel Yedioth Ahronoth mengungkapkan bahwa komandan Komando Pusat pasukan pendudukan Israel, Mayor Jenderal Yehuda Fox akan mengundurkan diri pada Agustus mendatang.
Pengunduran diri atau resign massal kabarnya juga turut dilakukan para pemimpin Israel lainnya.
Diantaranya Kepala Staf Angkatan Bersenjata israel, Herzi Halevy dan wakilnya, Amir Baram. Disusul komandan Divisi Gaza, Avi Rosenfeld, serta komandan Distrik Selatan, Yaron Finkelman.
Tak sampai disitu kepala intelijen militer pada Angkatan Bersenjata Israel (IDF), Aharon Haliva turut mengumumkan pamit dari kursi jabatannya.
Tidak dijelaskan secara rinci alasan dari pengunduran diri massal ini , namun menurut informasi yang beredar Bos IDF resign lantaran tak tak kuasa menahan beban perang yang telah merenggut 1.200 nyawa warga Israel serta 250 orang lainnya dinyatakan sebagai sandera perang.
Senada dengan Bos IDF, para petinggi Israel lainnya juga menjelaskan pengunduran diri dilakukan lantaran mereka sangat terpukul karena gagal menangkis serangan Hamas pada 7 Oktober silam.
(Tribunnews.com/ Namira Yunia)