Surai khawatir akan penyebaran penyakit kulit karena penggunaan pasir sangat kasar bagi anak-anak.
Meski berfungsi sebagai eksfolian, namun pasir terlalu abrasif, katanya.
"Kulit mereka dipenuhi jerawat di tubuh akibat pasir yang kami gunakan untuk memandikan mereka,” katanya.
"Tidak ada sabun, tidak ada sampo.... Tidak ada yang bisa kita gunakan untuk membersihkan."
Ketika perang Israel-Hamas memasuki bulan ke-10, orang tua di Gaza seperti Surai berjuang untuk memenuhi kebutuhan kebersihan dasar anak-anak mereka.
Surai dan keempat anaknya mengungsi dari Khan Younis ke Rafah, tempat mereka tinggal selama empat bulan terakhir.
Namun sejak militer Israel mengambil alih kota yang berbatasan dengan Mesir itu, Surai harus mengungsi kembali ke Khan Younis.
Rumahnya dibom dalam pertempuran tersebut, jadi dia dan keluarganya berlindung di tenda di kamp pengungsi di bagian tengah Jalur Gaza.
Meskipun bantuan telah tiba, tetapi sebagian besar bantuan tersebut menumpuk di perbatasan Israel-Gaza.
Organisasi-organisasi bantuan menyebutkan operasi militer Israel yang sedang berlangsung, kekurangan bahan bakar yang parah, dan penjarahan, menjadi alasan menumpuknya bantuan tersebut.
Para pejabat PBB menyebut Israel memblokir akses terhadap bantuan, dan mengatakan bahwa wilayah tersebut menghadapi kelaparan.
Baca juga: Tentara Israel Malu-Malu Tarik Pasukan dari Gaza, Pakar Militer: Operasi Tahap Ketiga Sudah Dimulai
"Orang-orang putus asa"
Di jalan utama dekat tenda Surai di Khan Younis, Muhammad Barbakh menjalankan toko kosmetik.
Tokonya berdiri dengan bantuan balok kayu, balok kayu dan terpal.
Permintaan sabun dan sampo tinggi, katanya, dan dia mengalami kesulitan untuk memenuhinya.