News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bangladesh Rusuh

Kerusuhan di Bangladesh Tewaskan Ratusan Orang, Perdana Menteri Sheikh Hasina Salahkan Oposisi

Penulis: tribunsolo
Editor: Febri Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Demonstran antikuota bentrok dengan polisi di Dhaka pada 18 Juli 2024. Mahasiswa Bangladesh berjanji pada 18 Juli untuk melanjutkan protes nasional terhadap aturan perekrutan pegawai negeri, menolak tawaran perdamaian dari Perdana Menteri Sheikh Hasina yang menjanjikan keadilan bagi tujuh orang yang tewas dalam demonstrasi.

Protes yang sebagian besar dilakukan oleh mahasiswa ini dimulai sekitar dua minggu yang lalu.

Mereka mengatakan bahwa sistem ini secara tidak adil menguntungkan anak-anak dari kelompok propemerintah dan mereka meminta sistem ini diganti dengan rekrutmen berdasarkan prestasi.

Awalnya Hasina menepis kekhawatiran para pengunjuk rasa yang menurut para analis memperparah kerusuhan.

Pada tanggal 14 Juli, ia terus memberikan pembenaran atas sistem kuota dengan memperkuat perpecahan antara keturunan pasukan prokemerdekaan dan antikemerdekaan.

“Mengapa (para pengunjuk rasa) memiliki kebencian yang begitu besar terhadap para pejuang kemerdekaan? Jika cucu pejuang kemerdekaan tidak mendapatkan manfaat kuota, haruskah cucu Razakars mendapatkan manfaatnya?” katanya dalam sebuah konferensi pers.

Razakars, sebuah label yang merendahkan di Bangladesh, merujuk pada pasukan paramiliter yang terdiri dari warga Bangladesh yang bertempur di pihak Pakistan selama perang tahun 1971.

Kelompok ini juga dituduh melakukan kejahatan keji.

Komentar-komentar Hasina tersebut memicu lebih banyak lagi pengunjuk rasa dalam beberapa jam.

Baca juga: Situasi Bangladesh Masih Mencekam Jelang Pemangkasan Kuota PNS Veteran Perang

Ribuan mahasiswa turun ke jalan-jalan di Dhaka malam itu untuk memprotes komentar perdana menteri.

Selama beberapa hari berikutnya, lebih banyak lagi yang melakukan unjuk rasa di seluruh negeri.

Sekitar 500 orang juga telah ditangkap dalam dua minggu terakhir, yang membuat pihak berwenang memanggil militer dan memberlakukan jam malam nasional.

Beberapa pemimpin mahasiswa telah bersumpah untuk terus melakukan protes untuk menuntut keadilan bagi para pengunjuk rasa yang terbunuh dan ditahan dalam beberapa hari terakhir, pengunduran diri para menteri pemerintah dan permintaan maaf dari Hasina.

(mg/aliifa)

Penulis adalah peserta magang dari Universitas Sebelas Maret (UNS).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini