Laporan Reporter Tribunnews.com, Galuh Nestiya
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Dokter Palestina-Amerika, Jiab Suleiman tiba di Yordania bulan lalu menjelang misi medis darurat ke Gaza, yang akan diawasinya.
Dokter bedah ortopedi kelahiran Ohio tersebut telah memimpin dua perjalanan ke wilayah yang terkepung tersebut sejak perang Israel-Hamas pecah pada bulan Oktober dan sedang menyelesaikan rincian untuk perjalanan ketiganya.
Namun, persiapannya pada akhirnya sia-sia.
Sehari sebelum tim berangkat ke Gaza, Suleiman menerima pemberitahuan bahwa ia ditolak masuk oleh Koordinator Kegiatan Pemerintah Israel di Wilayah Teritori, atau COGAT, badan Israel yang mengelola kebijakan untuk wilayah Palestina dan aliran bantuan ke wilayah tersebut.
Penolakan Suleiman merupakan bagian dari kebijakan yang baru-baru ini dikomunikasikan kepada misi medis yang masuk ke Gaza melalui Israel.
Pembatasan tersebut memblokir masuknya petugas kesehatan AS, dan mereka yang berkebangsaan lain, jika mereka berasal dari Palestina atau memiliki warisan Palestina, menurut memo internal dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang diperoleh CNN.
CNN berbicara dengan dokter dari beberapa organisasi bantuan medis yang mengatakan kebijakan tersebut telah memaksa mereka untuk menghindari perekrutan tenaga medis dengan latar belakang Palestina atau tanda pengenal dalam perjalanan mereka. Penolakan tersebut seringkali datang pada menit terakhir, kata mereka, sehingga kelompok tersebut tidak punya waktu untuk mengisi slot yang kosong dan memaksa mereka memasuki Gaza dengan staf yang tidak lengkap.
“Kita harus benar-benar memberi tahu orang-orang asal Palestina atau warga negara Palestina yang memiliki kewarganegaraan ganda bahwa mereka tidak mungkin masuk ke sana,” kata Sameer Sah, Direktur Program di Medical Aid for Palestinians, sebuah organisasi bantuan yang berpusat di Inggris, Rabu(24/7/2024).
“Kita harus membedakan antara warga Palestina dan non-Palestina, yang secara etika tidak benar, yang secara hukum humaniter tidak benar, dan itu tidak manusiawi.” tambahnya.
CNN meninjau memo internal WHO dari awal Juni yang menjelaskan sejauh mana mereka sebut kebijakan baru Israel, di mana kelompok-kelompok bantuan disarankan untuk tidak membawa profesional medis dengan latar belakang Palestina – bahkan jika hanya melalui orang tua atau kakek-nenek – dalam perjalanan misi.
"Mereka berkata 'Anda ditolak karena identitas Palestina Anda," kata Suleiman, pimpinan misi medis di Rahma, sebuah organisasi kemanusiaan yang berbasis di AS, mengacu pada COGAT.
"Sangat menjengkelkan, menjengkelkan, dan meresahkan untuk menolak seseorang memasuki zona perang untuk melakukan misi hanya karena fakta bahwa mereka secara genetika adalah orang Palestina."
“Saya berhenti merekrut atau mendorong dokter Palestina di seluruh dunia untuk datang membantu, saya tidak bisa merekrut mereka karena saya kehilangan satu posisi,” tambah Suleiman. “Bahkan jika hanya satu dokter atau satu perawat, saya kehilangan satu posisi karena tahu mereka akan ditolak dan saya membutuhkan setiap orang, setiap dokter untuk pergi ke Gaza.”