TRIBUNNEWS.COM - Dengan terbunuhnya pemimpin politik utama Hamas, Ismail Haniyeh di Iran, kemungkinan perang skala penuh antara Israel dan Hizbullah kini lebih dekat dari sebelumnya.
Namun Israel mungkin tidak menginginkan perang berskala penuh karena mereka tahu betul Hizbullah adalah mesin tempur yang jauh lebih tangguh daripada Hamas, menurut analisis dari John Lyons ABC News.
Pada tahun 2006, Israel pernah berperang dengan Hizbullah.
Perang itu tidak berjalan mulus bagi Israel.
Laporan resmi Israel, Winograd, memperjelaskan Israel tidak berhasil memenangkan perang itu.
Laporan itu menyadarkan Israel akan beberapa faktor penting: pertama, medan di Lebanon selatan jauh lebih sulit untuk berperang daripada daerah kantong datar dan kecil seperti Gaza.
Selain itu, Hizbullah dilatih, diberi sumber daya, dan dipersenjatai oleh Iran.
Meski beberapa rudal Iran berhasil mencapai Hamas, blokade Israel dan Mesir menghalangi jumlah senjata yang masuk ke Gaza.
Namun, dengan Hizbullah, tidak ada kendala seperti itu.
Hizbullah mengendalikan bandara internasional Beirut Lebanon.
Ini berarti pesawat yang membawa senjata dari Iran dapat terbang kapan saja.
Baca juga: Ali Khamenei: Balas Dendam atas Pembunuhan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh adalah Tugas Teheran
Selain itu, para pejuang Hizbullah jauh lebih terlatih dan profesional.
Salah satu alasan mengapa Presiden Suriah Bashar al-Assad mampu menghancurkan perbedaan pendapat internalnya, yang sebagian dipicu oleh kelompok milisi Muslim Sunni, adalah karena para pejuang Muslim Syiah Hizbullah membanjiri Suriah.
Hizbullah membantu Assad meraih kemenangan.