IBA yang dipimpin Rusia mengatakan Khelif "gagal memenuhi kriteria kelayakan untuk berpartisipasi dalam kompetisi perempuan sebagaimana diatur dan tercantum dalam peraturan IBA."
Menurut peraturan IBA: "Petinju akan bertanding melawan petinju berjenis kelamin sama, yang berarti Perempuan vs Perempuan dan Pria vs Pria sesuai dengan definisi Peraturan ini."
IBA mendefinisikan perempuan, perempuan atau anak perempuan sebagai "individu dengan kromosom XX" dan laki-laki, laki-laki atau anak laki-laki sebagai "individu dengan kromosom XY".
IBA membantah kadar testosteron Khelif telah diuji.
Namun, dalam wawancara dengan editor olahraga BBC Dan Roan pada Kamis (01/08), kepala eksekutif IBA Chris Roberts mengatakan kromosom XY ditemukan dalam "kedua kasus tersebut", merujuk pada Imane Khelif dan Lin Yu-ting yang didiskualifikasi.
Roberts mengatakan ada "faktor berbeda yang terlibat di dalamnya" dan oleh karena itu badan tersebut tidak dapat berkomitmen untuk menyebut Khelif sebagai "laki-laki secara biologis".
Komite Olimpiade Internasional (IOC) meragukan keakuratan tes tersebut.
“Kami tidak tahu apa protokolnya, kami tidak tahu apakah tes tersebut akurat, kami tidak tahu apakah kami harus mempercayai tes tersebut,” kata juru bicara IOC Adams.
“Ada perbedaan antara tes yang dilakukan dan apakah kami menerima keakuratan atau bahkan protokol tes tersebut.”
BBC, hingga saat ini, belum dapat memastikan apa saja isi tes kelayakan tersebut.
Apa yang berubah dalam regulasi dan tata kelola tinju Olimpiade sejak keputusan IBA?
Berbeda dengan Olimpiade sebelumnya, pertandingan tinju di Olimpiade Tokyo diselenggarakan oleh Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan bukan IBA.
IOC menangguhkan IBA pada tahun 2019 karena kekhawatiran atas masalah finansial, tata kelola, etika, wasit, dan penjurian.
Karena gagal memenuhi persyaratan reformasi yang ditetapkan oleh IOC, IBA dicabut statusnya sebagai badan pengelola olahraga dunia pada 2023.