News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Yahya Sinwar Terpilih Sebagai Pemimpin Baru Hamas, Siapa Dia, dan Apa Artinya bagi Perjuangan Hamas?

Penulis: Muhammad Barir
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

DUDUK DI SOFA - Foto yang terkenal, di mana pemimpin Hamas, Yahya Sinwar duduk di atas sofa di puing-puing reruntuhan rumahnya pada 2021 silam. Foto ini kembali mengemuka seiring klaim PM Israel, Benjamin Netanyahu yang menyebut tentara Israel telah mengepung rumah itu pada perang Gaza, Desember 2023.

Selama penahanannya, Sinwar berteman dengan aktivis lain, seperti Saleh Shehade yang kemudian memimpin sayap bersenjata Hamas hingga pembunuhannya pada tahun 2002.


Jaringan Majd

Yahya Sinwar bertanggung jawab untuk mendirikan jaringan keamanan yang dikenal sebagai Majd.

Majd beroperasi secara rahasia sementara organisasi yang berpihak pada Ikhwanul Muslimin yang mendahului Hamas, Mujamma Islamiyya, tetap menjadi kelompok yang tidak suka berperang hingga berdirinya Hamas pada akhir tahun 1987.

Pada tahun 1988, Sinwar ditangkap dan diduga disiksa dengan kejam selama 6 minggu setelah ditemukannya sel bersenjata milik Majd.

Pada tahun 1989, Hamas melancarkan serangan bersenjata pertamanya yang menewaskan dua tentara Israel. Sinwar dihukum atas tuduhan mendalangi serangan tersebut dan dijatuhi hukuman penjara 426 tahun.

Sebagai pemimpin Hamas paling terkenal yang dibebaskan dalam kesepakatan pertukaran tahanan tahun 2011, Sinwar kembali ke Gaza, dan akhirnya terpilih sebagai pemimpin Hamas di Jalur tersebut, menggantikan Ismail Haniyeh.

Pada tahun 2017, Hamas menjalani perubahan nama dan pembaruan anggaran dasarnya, yang mengindikasikan bahwa Gerakan Perlawanan Islam akan terbuka untuk menerima Solusi Dua Negara.

Pada tahun yang sama, Sinwar memainkan peran utama dalam upaya memperbaiki hubungan antara Otoritas Palestina (PA), yang dipimpin oleh Partai Fatah, dan Hamas, tetapi tidak berhasil.


Saif Al-Quds

Pada tahun 2018, di bawah kepemimpinan Yahya Sinwar, Hamas mengadopsi platform kebijakan perlawanan tanpa kekerasan dalam upaya untuk membuka diri terhadap negosiasi diplomatik yang dapat mengakhiri pengepungan di Gaza.

Pimpinan Hamas mendukung gerakan protes massa tanpa kekerasan, yang dikenal sebagai 'Great March of Return', yang dimulai pada tanggal 30 Maret 2018.

Namun, menyusul keputusan AS untuk secara sepihak mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan terbunuhnya ratusan pengunjuk rasa tak bersenjata di tangan tentara Israel, Hamas mengubah pendekatannya lagi.

Pada bulan Mei 2021, Hamas melancarkan pertempuran Saif al-Quds, yang didukung oleh beberapa kelompok bersenjata lainnya di Jalur Gaza.

Sejak saat itu, pidato dan penampilan publik Yahya Sinwar telah membuatnya menjadi pemimpin selebriti yang sangat populer di seluruh Dunia Arab.

SUMBER: PALESTINE CHRONICLE

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini