TRIBUNNEWS.COM, UKRAINA - Kepala Intelijen Militer Ukraina Letnan Jenderal Kyrylo Budanov mengkhawatirkan pasokan amunisi dan senjata dari Korea Utara untuk pasukan Rusia.
"Masalah terburuk yang kita hadapi adalah masalah yang datang dari Korea Utara," kata Letnan Jenderal Kyrylo Budanov dalam konferensi Keamanan Eropa Yalta, yang diselenggarakan oleh Yayasan Victor Pinchuk, di Kyiv pada Sabtu (14/9/2024).
Dikutip dari Newsweek, Rusia juga telah meminta dukungan militer dari Iran dengan menggunakan pesawat nirawak Shahed rancangan Iran secara luas untuk memerangi kraina.
Amerika Serikat telah mengonfirmasi bahwa Rusiabaru-baru ini menerima rudal balistik dari negara Timur Tengah tersebut dalam fase baru dukungan untuk upaya perang.
Korea Utara juga telah menyalurkan senjata dan amunisi ke Rusia karena dampak perang yang melelahkan di Ukraina telah menguras persediaan Rusia.
Meskipun saat ini industri pertahanan Rusia terus memproduksi peralatan baru yang langsung dikirim ke garis depan medan perang.
"Korea Utara telah mengirimkan ribuan kontainer amunisi untuk upaya perang Rusia," kata pejabat AS dan Korea Selatan.
"Amunisi yang dipasok oleh Korea Utara sangat buruk bagi kami dan sejauh ini tidak ada yang dapat kami lakukan mengenai hal itu," kata Budanov melalui seorang penerjemah.
Ukraina dapat melihat pasokan Korea Utara memasuki negara itu, imbuhnya, dan angkatan bersenjata Rusia kemudian merasakan dampaknya hanya dalam beberapa hari kemudian.
Baca juga: Rudal Fath-360 Didatangkan dari Iran Sebagai Pengganti S-300 Rusia yang Mulai Menipis
Menurut dia Korea Utara jauh lebih maju dibandingkan negara lain, seperti Iran atau China, dalam hal menghadirkan ancaman terhadap Ukraina.
China telah membantah tuduhan telah mendukung dorongan militer Rusia.
"Jumlah persenjataan yang datang dari Korea Utara melampaui dukungan yang diterima Rusia dari negara lain," kata Budanov.
Newsweek telah menghubungi Kementerian Pertahanan Rusia untuk memberikan komentar melalui email.
Korea Utara terus maju dengan program pengembangan rudalnya, meskipun adanya sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa.