News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Eskalasi Konflik Israel-Lebanon Meningkat, Warga Gaza Takut Dilupakan Nasibnya oleh Dunia

Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga Palestina berdiri di halaman sekolah Al-Jawni (Jaouni) setelah serangan udara Israel menghantam lokasi tersebut, di Nuseirat, Jalur Gaza tengah, pada 11 September 2024, di tengah perang yang sedang berlangsung di wilayah Palestina antara Israel dan Hamas. - Serangan udara Israel pada 11 September menghantam sekolah Gaza tengah, badan pertahanan sipil wilayah yang dikuasai Hamas melaporkan 10 orang tewas di fasilitas yang diubah menjadi tempat perlindungan pengungsian itu dan militer mengatakan serangan itu menargetkan militan. (Photo by Eyad BABA / AFP)

Gencatan senjata pun dinilai semakin sulit terealisasi ketika Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu justru menginginkan militer Israel tetap berada di dua wilayah Gaza demi mencegah Hamas mempersenjatai diri.

Di sisi lain, Hamas menolak kesepakatan apapun terkait diizinkannya pasukan Israel untuk tetap berada di Gaza.

Tak cuma itu, mediator utama perundingan gencatan senjata yaitu Amerika Serikat (AS) dinilai semakin tidak bisa diandalkan ketika dianggap kehilangan kemampuan mempengaruhi Israel agar gencatan senjata terjadi di Gaza.

Redupnya taji AS sebagai mediator utama terlihat ketika Menteri Luar Negeri, Antony Blinken hanya mengunjungi Mesir pada pekan lalu alih-alih juga melakukan kunjungan ke Israel.

Dikutip dari CNN, pejabat AS melarang Blinken karena dianggap perjalanan ke Israel untuk mendukung kesepakatan gencatan senjata bisa membuat Netanyahu marah dan justru merusak upaya-upaya mediasi.

Kendati demikian, di luar upaya gencatan senjata yang semakin jauh panggang dari api, satu masalah besar dipastikan dialami Gaza yaitu pembangunan kembali seluruh infrastruktur di sana.

Dilansir The Guardian, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa hanya untuk sekedar membersihkan puing reruntuhan yang diperkirakan seberat 40 juta ton, dibutuhkan waktu selama 15 tahun.

Perkiraan waktu tersebut, kata PBB, di luar pembangunan kembali bangunan-bangunan yang hancur akibat serangan Israel.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)

Artikel lain terkait Konflik Palestina vs Israel 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini