News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tambang di Iran Lagi-Lagi Memakan Korban, Lebih dari 50 Orang Tewas akibat Ledakan

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Nuryanti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kecelakaan tambang batu bara di Iran

TRIBUNNEWS.COM - Kematian puluhan pekerja di sebuah tambang batu bara di Tabas, Provinsi Khorasan Selatan, Iran, pada Minggu (22/9/2024) kembali menyoroti bahaya pertambangan di Iran.

Mengutip IRNA, setidaknya 50 orang tewas akibat ledakan di tambang tersebut.

Laporan sebelumnya menunjukkan bahwa 24 orang masih hilang.

Pihak berwenang bersiap menghadapi kemungkinan lebih banyak korban.

Namun, situs web berita Entekhab di Teheran melaporkan pada Minggu siang waktu setempat bahwa jumlah korban tewas telah meningkat menjadi 51, dengan 20 orang terluka.

Peningkatan jumlah korban tewas tersebut belum dikonfirmasi secara resmi.

Kecelakaan itu disebabkan oleh ledakan gas metana di dua blok tambang yang dikelola oleh perusahaan Madanjoo, kata TV pemerintah.

Ada 69 pekerja di blok tersebut pada saat ledakan.

Lokasi ledakan tambang batu bara di Tabas, Provinsi Khorasan Selatan, Iran, pada Minggu (22/9/2024) (IRNA)

Video dan foto yang dibagikan di media sosial memperlihatkan dampak buruk setelah kejadian, lapor IranWire.

Jenazah diangkut menggunakan kereta pengangkut batu bara yang biasa digunakan untuk menambang.

Sepatu keselamatan terlihat robek, dan fasilitas kerja tampak tidak memadai bagi para pekerja.

Gambar-gambar tersebut telah memicu kesedihan dan kemarahan yang meluas di media sosial.

Kecelakaan pertambangan, yang sering kali disebabkan oleh kondisi keselamatan yang buruk dan peralatan yang tidak memadai, terus terjadi di Iran. 

Meskipun terjadi insiden berulang kali, belum ada upaya signifikan untuk menegakkan inspeksi keselamatan atau memperbaiki kondisi kerja di tambang-tambang di negara itu.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini