"Milisi perlawanan Gaza mulai mendapat keuntungan dari pengalihan beban militer pendudukan Israel ke utara dan serangan langsung terhadap sisa pasukan pendudukan di Gaza. IDF hanya menyisakan Divisi Lapis Baja ke-162 dan dua brigade di poros Netzarim. Sergapan (terhadap sisa pasukan IDF) menegaskan kalau perlawanan masih mampu berlanjut secara terus-menerus di Gaza," kata dia.
Hal ini sekaligus membantah klaim IDF yang mengatakan sudah menghancurkan kemampuan militer Qassam di Rafah.
Baca juga: Disebut Israel Sudah Hancur, Brigade Rafah Al Qassam Hantam Unit IDF Pakai Roket TBG Hingga Tewas
"Tampaknya keadaan tenang yang disaksikan di medan operasi Gaza selama beberapa hari terakhir memberikan kesempatan bagi milisi perlawanan untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh penarikan Divisi Pasukan Terjun Payung ke-98 dan unit-unit lainnya dari Gaza," kata Abu Zaid.
Seperti diketahui, IDF saat ini memprioritaskan situasi di front utara dengan melakukan operasi militer menghadapi gerakan perlawanan Lebanon, Hizbullah.
Ada gelagat, IDF segera melancarkan invasi darat ke dalam Lebanon untuk memukul mundur pasukan Hizbullah.
"Operasi blok api (eskalasi) IDF terkonsentrasi di utara bersama Hizbullah, yang berarti kita mungkin akan melihat lebih banyak operasi perlawanan di Gaza dalam beberapa hari mendatang," kata Abu Zaid.
Kesamaan Propaganda Israel
Mengenai perkembangan di front utara, Abu Zaid membandingkan operasi militer yang dilakukan Israel ke Lebanon pada 2006 silam dengan operasi militer 2024 ini.
Menurut Abu Zaid, ada kesamaan soal agresi Israel ini, propaganda.
"Kita dapat melihat bahwa ada kesamaan dalam wacana media, seperti yang diumumkan oleh kepala staf IDF pada saat itu: Danny Halutz mengatakan bahwa pemboman udara yang terkonsentrasi akan menyebabkan kekalahan Hizbullah. Kami menemukan bahwa Kepala Staf saat ini, Herzi Halevi, menggunakan hal yang sama bahasa wacana media," kata dia.
Abu Zaid menuturkan, saat 2006 silam, terlepas dari propaganda dan klaim Israel yang menyatakan sukses menghancurkan sejumlah infrastruktur dan jaringan perlawanan, toh tentara pendudukan mundur dan operasi militer dihentikan.
"Dan tujuan (perang) Kepala Staf IDF saat itu Danny Halutz tidak tercapai," menurut Abu Zaid.
Sebagai informasi, pada operasi militer 2024 ini, IDF menamai agresinya dengan nama “Panah Utara”. Penamaan ini diolok-olok Hizbullah yang menyebutnya sebagai “Rekening Terbuka”, merujuk pada pernyataan organisasi tersebut kalau mereka memang sudah menanti kedatangan pasukan Israel untuk 'memanennya'.
Baca juga: Sekjen Hizbullah ke Pasukan Israel: Selamat Datang, Kami Menanti! Berapa Kekuatan IDF Masuk Lebanon?
Nilai Penting Pengeboman Markas Mossad
Abu Zaid menunjukkan, mulai terlihat keteraturan dalam peluncuran rudal dan pemilihan jenis target oleh Hizbullah.
"Ini tampaknya menunjukkan bahwa Hizbullah telah berhasil, setidaknya sejauh ini, dalam memulihkan keseimbangan dan memulihkan rantai komando pengambilan keputusan, meski hanya sebagian. Dan pengeboman pangkalan radar dan intelijen Rmeim dan Meron Israel pagi ini menunjukkan kalau ada faksi (di Hizbullah) yang mungkin melakukan pengeboman yang berbeda dari segi jenis dan sasaran," katanya menjelaskan dampak serangan Israel terhadap rantai komando Hizbullah.