Pakar urusan Israel itu juga percaya kegagalan Iran untuk merespons "berarti kita sedang menghadapi transformasi penting di tingkat regional".
"Jika respons Iran terjadi secara terbatas dan terkepung, hal ini mungkin dianggap sukses oleh Israel," ungkap Khoury.
Namun Khoury percaya perhitungan Amerika mungkin memainkan peran besar dan memaksa Amerika Serikat untuk mengatakan “cukup” kepada Israel, dan menunjukkan perang yang terjadi berarti Israel membutuhkan senjata dan teknologi Amerika.
Target Baru Israel di Lebanon
Angkatan Udara Israel melancarkan serangan udara besar-besaran yang ditargetkan di Ibu Kota Lebanon, Beirut, pada Jumat malam.
Militer mengatakan serangan itu mengenai markas besar Hizbullah.
Seorang pejabat Israel mengonfirmasi kepada The Times of Israel serangan itu menargetkan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, yang diyakini berada di pusat komando pada saat itu.
"Sangat sulit membayangkan dia (Nasrallah) bisa selamat dari serangan seperti itu," kata pejabat itu.
Baca juga: Daftar Tokoh Penting Hizbullah-Hamas yang Dibunuh Israel Selama Agresi Brutal di Lebanon dan Gaza
Sementara sejumlah laporan media berbahasa Ibrani mengutip peningkatan penilaian Israel, Nasrallah tewas dalam serangan di markas bawah tanah tersebut.
Serangan itu mengguncang Beirut dan menyebabkan kepulan asap tebal di atas kota. Ada laporan tentang banyaknya korban dalam beberapa serangan itu.
Seorang sumber yang dekat dengan Hizbullah mengatakan serangan Israel tersebut menghancurkan enam bangunan.
Itu adalah serangan terberat di Beirut dalam hampir satu tahun konflik antara Hizbullah dan Israel.
Jaringan televisi Israel melaporkan, serangan itu melibatkan bom dengan total puluhan ton bahan peledak.
Sumber keamanan Lebanon mengatakan kepada Reuters, pejabat tinggi Hizbullah biasanya berkumpul di lokasi yang menjadi sasaran.
Menggarisbawahi sifat luar biasa dari serangan itu, Juru Bicara IDF, Laksamana Muda Daniel Hagari memberikan pernyataan di depan kamera beberapa menit setelah serangan.