TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Amerika Serikat memperingatkan Iran di sidang darurat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) yang digelar hari Rabu 2 Oktober 2024 kemarin agar jangan pernah berupaya mengincar Amerika Serikat atau Israel sabagai sasaran serangan militernya.
Pernyataan tersebut disampaikan Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, kepada DK PBB saat menggelar sidang dadakan menyikapi serangan ratusan rudal balistik Iran ke wilayah Israel, Selasa malam, 1 Oktober 2024 kemarin.
DK PBB beranggotakan 15 orang. Serangan balasan Iran ke Israel menimbulkan kekhawatiran akan perang yang lebih luas di Timur Tengah.
“Tindakan kami bersifat defensif,” kata Linda Thomas-Greenfield kepada Dewan Keamanan PBB.
“Biar saya perjelas: Rezim Iran akan bertanggung jawab atas tindakannya. Dan kami sangat memperingatkan agar Iran – atau proksinya – tidak mengambil tindakan terhadap Amerika Serikat, atau tindakan lebih lanjut terhadap Israel,” katanya.
Duta Besar Perancis untuk PBB, Nicolas de Riviere, mengatakan Perancis ingin agar DK PBB segera “menunjukkan persatuan dan berbicara dengan satu suara” untuk meredakan ketegangan.
Thomas-Greenfield mengatakan Dewan Keamanan PBB harus mengutuk serangan Iran dan menerapkan “konsekuensi serius” pada Korps Garda Revolusi Islam elit Iran atas tindakan mereka.
“Kami mempunyai tanggung jawab kolektif, sebagai anggota Dewan Keamanan, untuk menjatuhkan sanksi tambahan pada IRGC karena mendukung terorisme, dan karena mengabaikan begitu banyak resolusi Dewan Keamanan,” kata duta besar AS.
Guterres mengutuk keras serangan Iran terhadap Israel. Sebelumnya pada hari Rabu, Menteri Luar Negeri Israel melarang Guterres memasuki negaranya karena dia tidak melakukannya.
Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, memuji Iran atas pengendalian diri mereka yang “luar biasa” dalam beberapa bulan terakhir dan mengatakan bahwa serangan rudal terhadap Israel tidak dapat “ditampilkan seolah-olah semua ini terjadi dalam ruang hampa, seolah-olah tidak terjadi apa-apa – dan tidak terjadi apa-apa – di Lebanon dan Gaza, di Suriah, di Yaman.”
“Tetapi hal itu benar-benar terjadi, dan hal itu menyebabkan spiral baru yang sangat berbahaya, yaitu konflik Timur Tengah yang semakin meluas,” kata Nebenzia.
Dalam suratnya kepada Dewan Keamanan PBB Selasa kemarin, Iran membenarkan serangannya terhadap Israel sebagai pembelaan diri berdasarkan Pasal 51 Piagam PBB, dengan menyebut “tindakan agresif” oleh Israel, termasuk pelanggaran kedaulatan Iran.
Baca juga: Israel Siapkan Balasan, Incar Infrastruktur dan Minyak Iran, Joe Biden: Lakukan Secara Proporsional
“Iran […] yang sepenuhnya mematuhi prinsip pembedaan berdasarkan hukum humaniter internasional hanya menargetkan instalasi militer dan keamanan rezim dengan serangan rudal pertahanannya,” tulis Iran kepada dewan tersebut.
Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, pada hari Rabu menolak klaim pertahanan diri Iran.
“Itu adalah serangan yang diperhitungkan terhadap penduduk sipil,” katanya kepada wartawan sebelum pertemuan Dewan Keamanan PBB berlangsung.
Baca juga: Israel Usir Sekjen PBB Karena Tak Kutuk Serangan Iran: Menyatakan Sebagai Persona Non Grata
"Israel tidak akan tinggal diam menghadapi agresi semacam itu. Israel akan merespons. Tanggapan kami akan tegas, dan ya, ini akan menyakitkan, namun tidak seperti Iran, kami akan bertindak sepenuhnya sesuai dengan hukum internasional," tegasnya.
Sumber: Middle East Monitor