Militer Israel telah mulai menangguhkan para prajurit cadangan yang mengancam akan mengakhiri tugas mereka kecuali kesepakatan pertukaran tawanan-tahanan yang akan mengambil kembali tawanan yang ditawan di Jalur Gaza tercapai.
Menurut surat kabar Haaretz, penangguhan prajurit-prajurit ini, termasuk lima prajurit yang saat ini bertugas di pasukan cadangan, dimulai dalam beberapa hari terakhir melalui panggilan telepon.
Di antara para prajurit cadangan tersebut, ada satu orang yang saat ini ditempatkan di Jalur Gaza.
Prajurit lainnya mengirimkan informasi kepada temannya jika komandannya menanyai tentang hal itu.
Namun ia menyangkal telah menandatanganinya.
Keputusan ini dilakukan oleh militer Israel setelah para tentara cadangan ini menandatangani surat pernyataan yang menyatakan penolakan mereka untuk bertugas tanpa kemajuan dalam kesepakatan penyanderaan di Jalur Gaza yang terkepung.
Sebagai informasi, sejak serangan 7 Oktober 2023, sebanyak 250 sandera berada di Gaza.
Beberapa dari mereka ada yang telah meninggal.
Sebagian ada yang terbunuh akibat serangan israel.
Saat ini, tawanan yang tersisa di Gaza sebanyak 101 orang.
AS, Qatar dan Mesir berusaha untuk melakukan upaya mediasi antara Israel dan Hamas.
Namun upaya tersebut berulang kali gagal.
Hamas ingin menukar tawanan dengan tahanan Palestina dan gencatan senjata di Gaza.
Akan tetapi Netanyahu selalu membuat kesepakatan itu mustahil dicapai.
Netanyahu memberikan persyaratan baru, seperti kontrol militer atas Koridor Philadelphia , sebidang tanah antara Gaza dan Mesir.
Banyak yang berpendapat tuntutan Netanyahu ini hanya memprioritaskan kepentingan pribadinya daripada keselamatan dan pembebasan para sandera.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel Lain Terkait Konflik Palestina vs Israel