Dalam operasi militer darat di Gaza Utara, termasuk saat mereka secara tak sengaja menemukan lokasi mendiang pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, Pasukan IDF secara acak -atau dalam beberapa kesempatan mendapat info intelijen- menyisir gedung dan bangunan yang masih tersisa di wilayah tersebut.
Hal-hal mencurigakan, seperti pergerakan manusia, akan mereka buru dengan sejumlah prosedur.
Pada kasus kematian Yahya Sinwar, media Palestina, menyatakan kalau Sinwar lah yang beroperasi memburu Tentara IDF sebelum akhirnya gugur dalam konfrontasi.
Baca juga: Video Detik-Detik Kematian Yahya Sinwar Adalah Blunder Israel, Beginilah Cara Seorang Pahlawan Gugur
Tentara IDF yang Tewas dari Unit Elite
Semua yang tewas dan terluka adalah anggota unit komando, yang dikenal sebagai "Unit Multi-Dimensi", atau "Unit Hantu", sebuah unit elite di ketentaraan Israel.
Mayor Jenderal Al-Duwairi menggambarkan apa yang disebut “Unit Hantu” sebagai unit misi khusus, dengan formasi dan cara kerja yang berbeda.
Unit ini didirikan pada tahun 2019 pada masa mantan Kepala Staf Israel Aviv Kochavi, dan misi utama unit ini adalah search and destroy, mendeteksi dan membunuh.
Mengenai tujuan operasi militer Israel di kamp Jabalia, Fayez Al-Duwairi menjelaskan kalau tentara pendudukan Israel sudah memasuki dan beroperasi wilayah Jabalia sebanyak 3 kali sebelumnya.
"Saat itu, mereka memiliki beberapa tujuan, beberapa di antaranya bersifat militer: mencari pemimpin perlawanan, mencari para tahanan Israel di Gaza, dan mendeteksi-menghancurkan terowongan-terowongan. Namun tujuan dari serangan saat ini adalah bersifat politis, dan inilah yang dinyatakan dalam apa yang disebut sebagai “rencana para jenderal”.
Baca juga: Seputar Generals Plan, Rencana Kejam Israel dalam Operasi Kelaparan dan Pemusnahan Gaza
Milisi Palestina Cuma Punya 2 Pilihan
Al-Duwairi menegaskan kalau operasi militer tersebut (general's plan) yang sedang berlangsung di wilayah Jabalia adalah untuk mengusir warga Palestina dari Gaza utara.
Dia menjelaskan, mantan Direktur Keamanan Nasional di Israel mengatakan kalau operasi militer yang sedang berlangsung di wilayah Jabalia tidak sesuai dengan rencana IDF, merujuk kenyataan di lapangan kalau banyak warga Gaza Utara yang bertahan.
Di sisi lain, mengingat kondisi sulit yang dialami milisi perlawanan Palestina, Mayor Jenderal Al-Duwairi menegaskan kalau Brigade Al Qassam dan faksi lain milisi Palestina hanya memiliki dua pilihan.
"Tidak ada pilihan ketiga, kemenangan yang berarti bertahan hidup, atau gugur yang berarti mati syahid," katanya.
Patut dicatat bahwa Jalur Gaza bagian utara telah menjadi sasaran kampanye genosida dan pembersihan etnis selama sekitar satu bulan, dan sumber medis mengatakan kepada Al Jazeera bahwa 115 martir tewas akibat serangan Israel di Jalur Gaza sejak fajar hari ini, termasuk 109 orang di Jalur Gaza. Jalur Gaza bagian utara.
Kementerian Kesehatan Gaza menyebutkan, jumlah korban agresi Israel meningkat menjadi 43.61 orang syahid dan 101.223 orang luka-luka sejak 7 Oktober 2023.