News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Beit Lahiya di Gaza Dinyatakan sebagai Daerah Bencana di Tengah Serangan Gencar Israel

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Febri Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Beit Lahiya. Situasi kemanusiaan di Gaza utara semakin menjadi tak tertahankan bagi penduduknya karena gencarnya serangan pasukan Israel. Pemerintah Kota Beit Lahiya di Gaza utara telah mengumumkan kota itu sebagai daerah bencana.

TRIBUNNEWS.COM - Situasi kemanusiaan di Gaza utara semakin menjadi tak tertahankan bagi penduduknya karena gencarnya serangan pasukan Israel.

Kini pemerintah Kota Beit Lahiya di Gaza utara telah mengumumkan kota itu sebagai daerah bencana.

"Kami menyatakan bahwa kota tersebut adalah daerah bencana akibat perang pemusnahan dan pengepungan Israel, dan tidak ada makanan, air, rumah sakit, dokter, layanan, atau komunikasi di sana," katanya, dikutip dari Al Jazeera.

Pejabat Jalur Gaza menuntut dibukanya koridor aman untuk membawa pasokan medis, makanan, bahan bakar, dan peralatan pertahanan sipil.

Badan pertahanan sipil Gaza, Selasa (29/10/2024) mengatakan serangan udara Israel semalam menewaskan 93 orang di sebuah bangunan hunian di distrik utara Beit Lahiya, CNBC melaporkan.

"Jumlah martir dalam pembantaian di rumah keluarga Abu Nasr di Beit Lahia telah meningkat menjadi 93 martir, dan sekitar 40 orang masih hilang di bawah reruntuhan," kata juru bicara badan tersebut, Mahmud Bassal, kepada kantor berita AFP dalam sebuah pernyataan terbaru.

Orang-orang masih mencari mayat di bawah reruntuhan.

Banyak sekali yang hilang karena diyakini tubuh mereka hancur berkeping-keping akibat intensitas serangan di rumah keluarga Abu Nasr di Beit Lahiya – serangan lain pada larut malam menewaskan sedikitnya 19 orang.

Serangan beruntun ini telah memberi tekanan lebih besar pada kru pertahanan sipil di lapangan.

Baca juga: Utusan PBB untuk Timur Tengah Kutuk Serangan Mengerikan Israel di Beit Lahiya

Mereka melakukan pekerjaan penyelamatan secara tidak resmi di lokasi-lokasi ini karena (militer Israel) telah mengancam mereka untuk tidak beroperasi di bagian utara Jalur Gaza.

Orang-orang di wilayah utara mengalami pengepungan militer, kekurangan pasokan dasar, dan serangan berkelanjutan yang menghancurkan hampir semua sarana yang mendukung keberadaan mereka.

Semua warga Gaza yang bertahan di wilayah itu tidak memiliki akses apa pun terhadap kebutuhan dasar apa pun.

Mereka juga tidak bisa mendapat perawatan medis.

Akses medis saat ini hanya untuk merawat sejumlah besar korban luka dan meringankan sebagian penderitaan.

Tidak ada satu pun fasilitas kesehatan yang beroperasi.

Fasilitas-fasilitas tersebut telah berubah menjadi kerangka beton yang berdiri tegak, menjadi kuburan yang sunyi.

Itulah sebabnya pemerintah kota di Beit Lahiya telah menyatakan bahwa bagian utara Jalur Gaza adalah daerah bencana, artinya tidak ada yang bisa menopang kehidupan di sana.

Serangan di rumah keluarga Abu Nasr

Badan kemanusiaan PBB (OCHA) mengatakan serangan terhadap rumah keluarga Abu Nasr merupakan salah satu dari tujuh "insiden yang menelan korban massal" di Gaza dalam seminggu terakhir saja.

Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan sedikitnya 25 anak-anak termasuk di antara korban tewas.

Militer Israel mengatakan pihaknya sedang menyelidiki laporan serangan tersebut.

Kantor Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (OHCHR) mengaku pihaknya "terkejut" oleh pengeboman tersebut.

OHCHR menyebutnya sebagai salah satu serangan tunggal paling mematikan di Gaza dalam hampir tiga bulan.

Baca juga: Israel Kembali Bom Beit Lahiya setelah Habisi 93 Nyawa dalam Satu Serangan

Meningkatnya serangan udara dan darat Israel terhadap Beit Lahiya terjadi saat pengepungan di Gaza utara memasuki hari ke-26.

Militer Israel menyatakan pihaknya melancarkan serangan untuk menghentikan pejuang Hamas berkumpul kembali di wilayah utara.

Padahal pada awal tahun ini mengatakan bahwa mereka telah memusnahkan kelompok Palestina – yang memerintah Gaza – di wilayah tersebut.

Dikutip dari CNBC, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS Matthew Miller menyatakan keprihatinannya atas tingginya jumlah korban.

Gedung Putih menyebut insiden ini sebagai "kejadian yang mengerikan dengan hasil yang mengerikan."

Pihak AS telah menghubungi pemerintah Israel untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut terkait insiden ini, terutama karena sebagian besar korban adalah anak-anak.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini