Situs stasiun televisi WJLA 7 menyatakan, Amerika dan Iran memang tidak pernah adu senjata di dunia nyata. Namun tensi hubungan keduanya tidak pernah turun selama beberapa tahun.
Saat masih menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat pada 2016 hingga 2020, Donald Trump menjadi salah satu pemimpin dunia yang paling vokal menentang kebijakan pengembangan nuklir Iran.
Kemenangan Trump di bursa pemilu kali ini juga berpotensi mengekang konfrontasi militer antara Iran.
Ketegangan tersebut kemungkinan akan terus berlangsung dalam jangka waktu yang lama, kedua negara diyakini tidak akan memulihkan hubungan diplomatiknya.
AS Naikkan Sanksi
Terpisah, presiden terpilih AS, Donald Trump berencana untuk menaikkan sanksi guna membuat Iran 'mati kutu'.
Para pejabat yang akrab dengan rencana Trump tidak memberikan rincian tentang seberapa baik dia akan meningkatkan tekanan pada Iran.
Namun para pejabat Barat memprediksi Trump mungkin menerapkan sanksi lebih berat pada Iran dan mendorong Israel untuk menargetkan situs nuklir negara tersebut.
Tak hanya itu kemenangan Trump diproyeksikan bakal membawa banyak dukungan bagi Israel dalam melancarkan serangan di Timur Tengah.
Mengutip dari The Wall Street Journal, langkah ini dilakukan dengan tujuan melemahkan dukungan Teheran buat proksi dan sekutunya dalam 'Poros Perlawanan' serta untuk menghentikan program nuklir Iran.
“Donald Trump akan secara drastis meningkatkan sanksi terhadap Iran dan mencekik penjualan minyak Teheran sebagai bagian dari strategi "agresif” untuk tujuan di atas," kata laporan tersebut.
Iran: Kemenangan Trump Tidak Berdampak Apapun
Menanggapi komentar tersebut, pemerintah Iran justru menganggap remeh hasil pemilihan Presiden AS, dengan mengatakan bahwa hasil pemilu tersebut tidak penting.
Kepada kantor berita lokal semi-resmi Tasnim, juru bicara pemerintah Iran, Fatemeh Mohajerani, menegaskan siapapun yang memenangi Pilpres AS hal tersebut tak akan membuat kebijakan umum Iran berubah.
"Pemilu AS bukan urusan kami. Kebijakan kami stabil dan tidak berubah berdasarkan individu. Kami telah membuat prediksi yang diperlukan sebelumnya dan tidak akan ada perubahan dalam mata pencaharian masyarakat," kata Mohajerani.
Mohajerani juga menegaskan, Iran saat ini sudah cukup kebal dengan sanksi apapun. Menurutnya, Teheran siap dalam menjalani sanksi terbaru bila Trump menjatuhkannya kembali.
"Pada dasarnya, kami tidak melihat adanya perbedaan antara kedua orang ini (Trump dan Harris). Sanksi telah memperkuat kekuatan internal Iran dan kami memiliki kekuatan untuk menghadapi sanksi baru," tambahnya.
(Tribunnews.com/ Namira Yunia)