TRIBUNNEWS.COM - Setelah kesepakatan gencatan senjata dengan Hizbullah Lebanon berhasil dilakukan, perhatian dunia kembali tertuju ke nasib warga Palestina di Gaza.
Akan tetapi, tampaknya harapan gencatan senjata bisa segera terjadi di Gaza sudah pupus.
Hingga saat ini, tidak ada tanda-tanda para pemimpin Israel ingin mengendurkan serangan terhadap Hamas di Gaza.
Para menteri Israel menjelaskan dengan jelas bahwa tujuan perang di Gaza sangatlah berbeda dengan di Lebanon.
"Gaza tidak akan pernah menjadi ancaman bagi negara Israel lagi. Kami akan meraih kemenangan yang menentukan di sana. Lebanon berbeda," kata Menteri Pertanian Israel Avi Dichter, yang juga merupakan anggota kabinet keamanan dalam negeri dan mantan kepala badan intelijen Shin Bet, dikutip Reuters.
"Apakah kita berada di awal dari akhir (kampanye Gaza)? Tentu saja tidak. Kita masih punya banyak hal yang harus dilakukan," ungkapnya.
Negosiasi antara kedua pihak telah lama terhenti, dengan masing-masing pihak saling menyalahkan atas kebuntuan tersebut.
Pejabat Hamas, Sami Abu Zuhri pada hari Rabu menuduh Israel tidak fleksibel, dengan mengatakan kelompoknya masih menginginkan kesepakatan.
"Kami berharap perjanjian ini (dengan Hizbullah) akan membuka jalan untuk mencapai kesepakatan yang mengakhiri perang genosida terhadap rakyat kami di Gaza," katanya Abu Zuhri.
Sementara itu, Israel dan Amerika Serikat (AS) malah menuduh Hamas yang tidak memiliki itikad baik untuk melakukan perundingan gencatan senjata.
Perang di Gaza yang berlangsung selama 14 bulan ini telah membuat banyak orang frustasi.
Baca juga: Hizbullah Terus Dukung Palestina, Lanjutkan Perlawanan meski Sepakat Gencatan Senjata dengan Israel
Sebagian wilayah Gaza telah hancur dengan 44.000 warga Palestina tewas.
Kabar kesepakatan gencatan senjata di Lebanon berhasil dilakukan oleh Hizbullah dan Israel, membuat warga Gaza merasa ditinggalkan dan dilupakan.
"Mereka mengatakan jika hujan turun di satu tempat, itu pertanda baik bagi orang-orang di tempat lain. Kami berharap bahwa setelah Lebanon, upaya akan difokuskan pada Gaza untuk mengakhiri perang," kata Aya, warga Palestina yang tengah mengungsi di Jalur Gaza bagian tengah.
Rasa pesimis juga dirasakan oleh mediator Mesir, yang selama ini memainkan peran utama dalam mediasi antara Israel dan Hamas.
Namun, dua sumber keamanan Mesir mengatakan, Israel telah memberi tahu Kairo bahwa jika gencatan senjata Lebanon tetap berlaku, mereka akan kembali bekerja sama dalam kesepakatan Gaza.
Joe Biden Sudah Mendesak Netanyahu
Presiden AS, Joe Biden telah mendesak Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu soal kesepakatan gencatan senjata di Gaza.
"Kita punya kesempatan sekarang - mari kita keluarkan para sandera," kata Biden, dikutip dari The Jerusalem Post.
Baca juga: Iran: Israel Rugi Besar di Lebanon, Netanyahu Terpaksa Setujui Gencatan Senjata dengan Hizbullah
Dalam sambungan telepon dengan Netanyahu, Biden memfokuskan pada situasi penyanderaan di Gaza setelah gencatan senjata di Lebanon.
Netanyahu dilaporkan menyatakan kesediaannya untuk melanjutkan upaya tersebut.
Pejabat Israel dan Amerika percaya bahwa perjanjian gencatan senjata Lebanon meningkatkan prospek kesepakatan pembebasan sandera secara bertahap di Gaza.
Seorang anggota kabinet senior Israel mengatakan bahwa Netanyahu mendukung kesepakatan parsial yang tidak mengharuskan penghentian perang atau penarikan pasukan sepenuhnya.
Namun, Hamas menolak persyaratan tersebut.
Baca juga: Tim Trump: Gencatan Senjata Israel-Hizbullah yang Ditengahi Biden adalah Efek dari Kemenangan Trump
"Ada niat untuk memperbarui upaya mencapai kesepakatan. Menyelesaikan konflik Lebanon adalah hal yang penting terlebih dahulu," kata anggota kabinet senior tersebut.
Pembicaraan tentang pembebasan sandera telah terhenti selama tiga bulan.
Selama kunjungannya baru-baru ini ke Washington, Presiden Israel, Isaac Herzog mendesak Biden untuk bekerja sama dengan Presiden terpilih Donald Trump dalam memajukan kesepakatan.
Dalam panggilan telepon setelah kemenangan Trump dalam pemilu, Herzog menekankan urgensi tersebut, dengan mengungkapkan bahwa setengah dari sandera diyakini masih hidup.
Biden kemudian membahas masalah tersebut dengan Trump di Ruang Oval, mengusulkan kolaborasi.
(Tribunnews.com/Whiesa)