Ketergantungan utang: Untuk mengelola utang sirkuler, pemerintah sering kali mengandalkan pinjaman dari pemberi pinjaman domestik dan internasional, yang memperburuk beban utang secara keseluruhan.
Krisis utang sirkuler Pakistan di sektor listrik merupakan masalah multifaset yang menuntut tindakan yang mendesak dan berkelanjutan. Tarif yang tinggi, inefisiensi, dan korupsi tidak hanya membebani konsumen listrik tetapi juga menghambat potensi ekonomi negara tersebut.
Peta jalan strategis yang mencakup reformasi kebijakan, investasi dalam energi terbarukan, dan tata kelola yang ditingkatkan sangat penting untuk memutus lingkaran setan utang sirkuler. Menurut para ahli sektor, untuk mengatasi utang sirkuler secara efektif, Pakistan memerlukan pendekatan multi-cabang yang berfokus pada reformasi struktural, peningkatan teknologi, dan tata kelola yang lebih baik.
Meskipun jalan menuju penyelesaiannya rumit, manfaat potensial—sektor listrik yang stabil, pertumbuhan ekonomi, dan peningkatan kualitas hidup warga negara—menjadikannya tujuan yang layak untuk dikejar.
Dengan kepemimpinan, komitmen, dan kolaborasi yang tepat di antara para pemangku kepentingan, Pakistan dapat mengatasi tantangan ini dan membangun sektor energi yang tangguh, efisien, dan ramah konsumen, menurut para ahli.
Menurut editorial terbaru yang diterbitkan di salah satu harian berbahasa Inggris terkemuka di Pakistan, The Express Tribune, masalah utang sirkuler tidak dapat diselesaikan melalui penyesuaian numerik atau tindakan yang dangkal.
Hal ini menuntut pendekatan yang menyeluruh dan strategis, dengan fokus utama pada pengurangan beban pada massa dan memungkinkan ekonomi untuk mendapatkan kembali momentumnya.
Dengan tarif listrik Pakistan yang termasuk yang tertinggi di kawasan tersebut, mengharapkan kebangkitan ekspor dan produksi industri dalam keadaan seperti itu tidak realistis, menurut editorial tersebut.
Baca juga: Revolusi Energi Surya di Pakistan Kejutkan Jejaring Listrik Nasional
"Sangat tidak dapat diterima jika pembayaran kapasitas mencapai 70 persen dari tarif listrik, sedangkan 30 persen sisanya dikaitkan dengan biaya energi," tulis editorial tersebut.