Laporan Forbes itu menyatakan kalau MLR M1991 adalah tambahan baru yang kuat untuk korps roket pasukan Rusia yang babak belur.
"Menembak roket 240 milimeter dengan berat 187 pound (84 Kg) sejauh 37 mil (sekitar 60 Km), M1991s melampaui hampir setiap sistem artileri dalam inventaris Ukraina. Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi buatan Amerika Ukraina adalah pengecualian penting," kata laporan Forbes membandingkan kekuatan peluncur rudal kedua kubu..
Tentara Korea Utara menyembunyikan M1991 di gunung di sepanjang Zona Demiliterisasi antara kedua Korea.
Di masa perang, peluncur bisa membombardir Seoul, yang — bukan kebetulan — terletak 37 mil dari Demilitarized Zone (DMZ), garis perbatasan Korea Utara dan Korea Selatan.
"Menurut Pusat Studi Strategis dan Internasional di Washington, DC, M1991 adalah “cara utama di mana Korea Utara mempertaruhkan risiko Seoul dan Korea Selatan, mendukung postur pencegahannya”," kata laporan Forbes menggambarkan cara Korea Utara memberikan ancaman bagi negara tetangganya tersebut.
Bagi militer Rusia, peluncur dari Korea Utara ini bisa menyerang parit Ukraina dan membalas howitzer dan peluncur Ukraina sendiri.
"Sama mengkhawatirkannya, mereka bisa menghantam kota-kota garis depan termasuk Kharkiv, yang terletak hanya 25 mil dari perbatasan Rusia-Ukraina," katanya.
Ini bukan pertama kalinya pasukan Rusia melemparkan amunisi Korea Utara ke warga sipil Ukraina.
Pada bulan Januari, empat warga Ukraina tewas ketika KN-23 buatan Korea Utara menyerang gedung tinggi di Kiev. Tujuh bulan kemudian, dua warga sipil lainnya – termasuk seorang anak laki-laki berusia empat tahun – meninggal dalam serangan KN-23 kedua di Kyiv.
“Musuh semakin menggunakan rudal balistik dari DPRK terhadap warga sipil,” kata Kovalenko.
"Sekarang bisa juga rudal yang lebih kecil — tetapi tidak kurang mematikan — roket dari M1991s," kata laporan Forbes.
Rusia Bayar Korea Utara Pakai Minyak
Rusia diyakini telah memasok lebih dari satu juta barel minyak ke Korea Utara sejak Maret tahun ini, menurut analisis citra satelit oleh Open Source Centre, sebuah kelompok penelitian nirlaba yang berbasis di Inggris.
Minyak tersebut merupakan pembayaran untuk senjata dan pasukan yang dikirim Pyongyang ke Moskow untuk membiayai perangnya di Ukraina, menurut para ahli terkemuka dan Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy kepada BBC.
Baca juga: Rusia Bersiap Rekrut Ribuan Pasukan Komando Elite yang Dilatih Inggris untuk Perang Lawan Ukraina
Pengangkutan ini melanggar sanksi PBB, yang melarang negara menjual minyak ke Korea Utara, kecuali dalam jumlah kecil, dalam upaya untuk mencekik ekonominya guna mencegahnya mengembangkan senjata nuklir lebih lanjut.