News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Suriah

HTS Jamin Keamanan Pasukan Rusia selama Pindahkan Peralatan Militer, sedang Tahap Negosiasi

Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Orang-orang berjalan melewati kendaraan militer lapis baja Rusia yang hancur yang dipamerkan di Kyiv, pada 21 Agustus 2023, menjelang Hari Kemerdekaan Ukraina, di tengah invasi Rusia ke Ukraina - HTS dan Rusia diketahui sedang dalam langkah pertama negosiasi mengenai kehadian militer Moskow di Suriah pasca-runtuhnya Rezim Assad.

TRIBUNNEWS.com - Kelompok oposisi Suriah, Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang sedang dalam proses negosiasi dengan Rusia, diketahui menjamin keamanan pasukan Moskow selama memindahkan peralatan militer di Homs menuju pangkalan udara Khmeimim dan pelabuhan Tartous.

The Guardian melaporkan, barisan pengangkut personel lapis baja, tank, dan truk Rusia, telah memenuhi jalan raya Suriah selama dua hari belakangan.

Konvoi itu dikawal oleh pejuang HTS.

Di sisi lain, perwakilan militer Rusia mengonfirmasi, pangkalan udara T4 di Homs telah dikosongkan sepenuhnya pada Sabtu (14/12/2024), setelah berkoordinasi dengan HTS.

Perwakilan itu menambahkan pasukan Rusia tidak ditarik dari Suriah, melainkan hanya dipindah, sembari menunggu keputusan Vladimir Putin mengenai langkah selanjutnya.

Sementara itu, HTS mengungkapkan kondisi di pangkalan T4 menjadi sangat buruk dalam seminggu terakhir, dengan banyaknya tumpuhan sampah dan persediaan makanan menipis.

Tetapi, militer Rusia tak segera memberikan komentar mengenai hal tersebut.

Saat ini, pangkalan udara Khmeimim dan pelabuhan Tartous, menjadi satu-satunya pangkalan Rusia yang aktif di Suriah.

Di Tartous, pejabat HTS mengatakan pihaknya terbuka untuk mengizinkan Rusia mempertahankan kendali mereka atas pelabuhan tersebut.

HTS, pada bagiannya, diprediksi ingin mengakhiri perang saudara Suriah dan berfokus menarik negara itu dari kondisi kemanusiaan yang menyedihkan.

"Kami terpaksa memperbaiki hubungan (dengan Rusia). Negara ini (Suriah) sudah mati, rakyat sangat miskin."

Baca juga: Rusia Beres-beres Peralatan Militer di Pangkalan Suriah, Pakai Pesawat Kargo Terbesar di Dunia

"Rakyat berusaha keras menghentikan pertumpahan darah, mereka ingin membangun kehidupan baru dan terus maju," kata pejabat HTS.

Sedang dalam Tahap Negosiasi

Rusia dan HTS tengah berada pada "langkah pertama" negosiasi, mengenai apakah dan bagaimana Moskow akan mempertahankan pangkalan militernya di Suriah pasca-rezim Bashar al-Assad runtuh, kata seorang pejabat HTS yang mengetahui pembicaraan tersebut.

Kedua belah pihak sama-sama menggambarkan suasana negosiasi berlangsung positif.

Meskipun pejabat HTS mengakui peran Rusia dalam "pengeboman warga sipil tak berdosa" di Suriah sejak 2015, tampaknya kelompok itu mengambil pendekatan pragmatis terhadap hubungannya dengan kekuatan asing.

Pejabat HTS mengatakan tidak akan ada "garis merah" dalam negosiasi dengan Rusia, yang akan didasarkan pada "kepentingan strategis, bukan ideologi".

Moskow dan HTS sama-sama telah mengambil langkah awal.

Moskow menawarkan bantuan kemanusiaan ke Suriah, yang terperosok dalam krisis ekonomi dan kemanusiaan.

Tapi, tawaran ini ditolak, karena HTS merasa sudah ada beberapa donor asing yang memberikan bantuan.

Dalam pernyataan publik pertamanya sejak ia dipaksa turun dari kekuasaan, Assad mengatakan pada Senin (16/12/2024), tempat perhentian pertamanya setelah melarikan diri dari Damaskus adalah pangkalan udara Khmeimim.

Baca juga: Terowongan Senjata Iran di Suriah Jadi Target Israel, Disebut Tampung Sistem Rudal Canggih

Pejabat HTS mengatakan pemerintah Suriah yang baru akan mengupayakan ekstradisi Assad, atau meminta agar dia diserahkan ke pengadilan pidana internasional.

HTS menambahkan, mereka tidak yakin Rusia akan mengabulkan kedua permintaan tersebut.

Tujuan utama HTS tampaknya adalah membangun hubungan ekonomi dan politik yang baik dengan Rusia dan kekuatan internasional lainnya, yang menurut pejabat HTS akan memberikan legitimasi pada pemerintahan yang baru.

Pejabat tersebut mengutip penarikan pasukan AS yang tergesa-gesa dari Afghanistan pada 2021, sebagai pelajaran tentang apa yang ingin dihindari kelompok tersebut dengan Rusia.

Namun, hal berbeda disampaikan Juru Bicara Pemerintahan Transisi Baru yang ditunjuk HTS, Obeida Arnout.

Arnout meminta Rusia untuk mempertimbangkan kembali perlu atau tidaknya personel militer mereka bertahan di Suriah.

"Saya pikir Rusia harus mempertimbangkan kembali kehadirannya di wilayah Suriah dan kepentingannya," katanya, dikutip dari Euro News.

"Kepentingan mereka terkait dengan rezim Assad yang kriminal. Mereka dapat mempertimbangkan kembali dan mengambil inisiatif untuk menghubungi pemerintahan baru guna menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki permusuhan dengan rakyat Suriah, dan bahwa era rezim Assad akhirnya berakhir," imbuh dia.

Tumbangnya Rezim al-Assad

Diketahui, rezim Presiden Suriah, Bashar al-Assad, tumbang setelah puluhan tahun berkuasa, Minggu(7/12/2024), ketika ibu kota Damaskus jatuh ke tangan oposisi.

Middle East Monitor

Setelah bentrokan meningkat pada 27 November 2024, rezim al-Assad kehilangan banyak kendali atas banyak wilayah, mulai Aleppo, Idlib, hingga Hama.

Akhirnya, saat rakyat turun ke jalanan di Damaskus, pasukan rezim mulai menarik diri dari lembaga-lembaga publik dan jalan-jalan.

Dengan diserahkannya Damaskus ke oposisi, rezim al-Assad selama 61 tahun resmi berakhir.

Baca juga: Tak Hanya Ancam HTS di Suriah, Israel Juga Bakal Basmi Tentara dan Fasilitas Militer yang Tersisa

Al-Assad bersama keluarganya diketahui melarikan diri dari Suriah, usai oposisi menguasai Damaskus.

Rezim al-Assad dimulai ketika Partai Baath Sosialis Arab berkuasa di Suriah pada 1963, lewat kudeta.

Pada 1970, ayah al-Assad, Hafez al-Assad, merebut kekuasaan dalam kudeta internal partai.

Setahun setelahnya, Hafez al-Assad resmi menjadi Presiden Suriah.

Ia terus berkuasa hingga kematiannya di tahun 2000, yang kemudian dilanjutkan oleh al-Assad.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Facundo Chrysnha)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini