"Selama kami mengajar, mereka memberikan pelayanan yang baik, mulai dari sambutan dengan nyanyian yel-yel, fasilitas kelas yang lengkap, hingga apresiasi serta perhatian pada kesejahteraan guru. Semoga ilmu dan pengalaman ini bisa menginspirasi guru-guru di Indonesia," jelasnya.
Mabrur juga memperkenalkan budaya Banyuwangi kepada murid-muridnya, termasuk Pecel Pitik, Kopi Osing, Durian Merah, Tari Gandrung, Barong Kemiren, Angklung, dan bahkan membawa Udeng (ikat kepala khas suku Osing) serta batik Banyuwangi ke kelas untuk menunjukkan kekayaan budaya Indonesia.
Selain Mabrur, kegiatan ini juga diikuti oleh rekannya, Edwinata Bustami dari Bangka Belitung, yang memperkenalkan budaya Indonesia lainnya, seperti Nasi Goreng.
"Saya menampilkan beberapa video budaya khas Banyuwangi, seperti proses membatik, Tari Gandrung Sewu, Barong Kemiren, dan Kopi Luwak. Rasanya, 45 menit untuk menjelaskan keanekaragaman Indonesia, khususnya Banyuwangi, sangat tidak cukup," ujarnya.
Mabrur berharap, bertepatan dengan momentum Hari Jadi Banyuwangi ke-253, daerahnya terus mengalami kemajuan dan diberkahi dalam segala bidang, terutama di sektor pendidikan dan kesehatan yang sangat penting untuk pertumbuhan Sumber Daya Manusia (SDM). "Jika SDM-nya unggul, masyarakatnya akan semakin berdikari dan sejahtera," pungkasnya.
(*)